Pengalaman Mahasiswa Asing Menjalani Ramadan di Indonesia (8)

Author : Humas | Friday, March 31, 2023 08:29 WIB | Radar Malang.ID - Radar Malang.ID

Pengalaman Mahasiswa Asing Menjalani Ramadan di Indonesia (8)

BERLEBARAN DI MALANG: Feroz Khan Mengal berfoto di Lapangan Sepak Bola Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Kampus 3, kemarin (30/3).(Fajar Andre Setiawan/Radar Malang)

Terkejut saat Tahu Indonesia dan Pakistan Punya Kesamaan Tradisi Patrol

Menjalani Ramadan di Indonesia pada tahun ini menjadi pengalaman pertama bagi Feroz Khan Mengal. Meski sempat khawatir, adaptasinya berjalan lancar. Waktu puasa yang lebih singkat dan cuaca di Kota Malang yang sejuk turut mendukung adaptasinya.

FAJAR ANDRE SETIAWAN

Feroz Khan Mengal sudah lancar berbahasa Indonesia. Meski kosa katanya masih terbatas, mahasiswa asal Pakistan tersebut cukup komunikatif.

Itu cukup baik, sebab dia baru saja tinggal di Kota Malang sejak delapan bulan yang lalu. Ya, pria yang akrab disapa Feroz itu menginjakkan kaki di Indonesia sejak bulan Agustus 2022.

Otomatis, Ramadan tahun ini menjadi pengalaman pertamanya di Indonesia. Beberapa adaptasi harus dia lakukan.

Contohnya untuk jam berbuka dan sahur, yang mempunyai selisih waktu cukup banyak. Di Pakistan, durasi puasanya lebih panjang daripada di Indonesia.

Di negara asalnya, Feroz biasa menjalani puasa selama 16 jam. Sedangkan di Indonesia hanya 13 jam saja.

”Di Pakistan sahurnya lebih awal, tetapi buka puasanya lebih akhir,” ucapnya.

Baca Juga : Pengalaman Mahasiswa Asing Menjalani Ramadan di Indonesia (7).

Feroz sempat khawatir tentang perubahan waktu itu. Terutama saat sahur. Sebab, di Pakistan ada tradisi membangunkan sahur dengan menggunakan dhol.

Dhol itu merupakan alat musik serupa gendang. Alat itulah yang biasanya digunakan oleh sekelompok orang untuk membangunkan warga.

Alat itu biasanya dikalungkan dengan tali ke leher. Namun, lebih banyak yang dibawa menggunakan motor.

Setelah merasakan Ramadan di Indonesia, Feroz langsung terkejut. Sebab dia juga mendapati tradisi serupa yang dilakukan di Indonesia.

Saat sahur pertamanya, dia dibangunkan dengan musik patrol. Dari pengamatannya, alat-alat yang digunakan di Indonesia lebih beragam.

”Saya kira ini bagus. Sebab saya harus sahur untuk mengisi tenaga agar tidak lemas saat kuliah,” ujarnya. (Bersambung ke halaman selanjutnya)

Secara umum, di 9 hari pertama puasanya tahun ini, dia tak menemui kesulitan berarti. Feroz tetap enjoy menjalani Ramadan tahun ini.

Meskipun, dia harus jauh dengan orang tua dan lima adik perempuannya. Cuaca di Kota Malang yang sejuk menjadi salah satu alasannya.

Feroz bercerita bahwa di Pakistan, tak semua orang mau berpuasa. Sebab, cuaca di sana cukup panas.

Namun, beruntung Feroz tak tinggal di daerah-daerah yang panas itu. Dia tinggal di Provinsi Balochistan.

Provinsi itu memiliki udara yang cukup dingin. Lebih dingin dari Kota Malang.

”Saya baru telepon ibu saya kemarin. Katanya sekarang di sana cuaca semakin dingin,” imbuhnya.

Baca Juga : Pengalaman Mahasiswa Asing Menjalani Ramadan di Indonesia (6).

Feroz mengaku lebih suka cuaca di Kota Malang, yang tidak panas dan tidak terlalu dingin.

Hal lainnya yang membuat dia betah di Kota Malang karena bisa menikmati nasi goreng tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam.

Bagi pria yang saat ini tengah menempuh semester dua program BIPA (Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing) itu, harga nasi goreng di Indonesia sangat murah.

Sebab, di negara asalnya, harga nasi goreng dibanderol cukup mahal. ”Hanya orang kaya yang bisa makan,” ucapnya.

Ke depan, Feroz sudah memantapkan diri untuk tak pulang saat Idul Fitri. Sebab, ada fakta menarik tentang perbedaan Pakistan dengan Indonesia.

Di Pakistan, Idul Adha dianggap lebih spesial daripada Idul Fitri. Berbeda dengan di Indonesia. (Bersambung ke halaman selanjutnya)

Perayaan Idul Fitri selalu tampak lebih semarak jika dibandingkan dengan Idul Adha. Untuk itu, Feroz memutuskan untuk pulang saat Idul Adha saja.

”Di sana akan lebih ramai orang saat Idul Adha,” cerita dia.

Pria berusia 25 tahun itu akan mulai masuk kelas reguler pada semester depan. Dia mengambil program S2 Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Sejauh ini, dia senang tinggal di Kota Malang. Menurutnya, orang-orang Indonesia sangat ramah. Kini, temannya dari Indonesia juga cukup banyak.

Beberapa waktu lalu, Feroz mencoba untuk melakukan buka bersama di masjid bersama teman-temannya. Lagi-lagi, pemandangan berbeda dia jumpai.

Di Pakistan, biasanya tidak ada takjil. Dan, tidak ada yang berbuka puasa bersama di masjid.

Baca Juga : Pengalaman Mahasiswa Asing Menjalani Ramadan di Indonesia (5).

Feroz bercerita, hanya ada makanan yang disediakan untuk orang-orang miskin. Makanan itu diletakkan dalam satu wadah besar.

Lalu orang-orang yang tidak punya uang untuk membeli makanan akan berbuka puasa bersama di sana.

”Tapi itu khusus untuk orang-orang miskin. Kalau di sini semua bisa makan. Itu bagus,” tutupnya. (*/by)

Harvested from: radarmalang.jawapos.com/sosok/31/03/2023/pengalaman-mahasiswa-asing-menjalani-ramadan-di-indonesia-8/3/?amp
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: