Perjuangan Tiga Mahasiswi UMM Meraih Emas Pencak Silat AUG 2024, Enam Bulan Latihan untuk Tiga Menit Penampilan

Author : Humas | Thursday, July 11, 2024 18:38 WIB | Radar Malang.ID - Radar Malang.ID

CHAMPION: Dari kiri, Wita Carissa Amelia, Qonit Fildza Maizura, dan Shelsa Odilia Rachman, menerima medali emas cabang olah raga pencak silat beregu putri ASEAN University Games (AUG) 2024

CHAMPION: Dari kiri, Wita Carissa Amelia, Qonit Fildza Maizura, dan Shelsa Odilia Rachman, menerima medali emas cabang olah raga pencak silat beregu putri ASEAN University Games (AUG) 2024

ASEAN University Games (AUG) 2024 menjadi panggung internasional pertama bagi Qonit Fildza Maizura, Shelsa Odilia Rachman, dan Wita Carissa Amelia. 

Meski demikian, tiga mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu berhasil merebut medali emas cabang olah raga pencak silat beregu putri.

ANDIKA SATRIA PERDANA

MEDALI emas sudah berada di tangan Qonit dan dua temannya pada 6 Juli lalu. 

Namun, kegembiraan masih terus terpancar di wajah dara yang akrab dengan panggilan Aiko itu saat ditemui Jawa Pos Radar Malang pada 9 Juli 2024. Dia merasa persiapan panjang yang dilakukan selama ini terbayar lunas. 

Apalagi lawan-lawan yang dihadapi berasal dari berbagai negara. 

Seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, hingga Timor Leste

Meraih medali emas tak hanya menjadi kebanggaan pribadi. 

Melainkan juga mengangkat nama negara di pentas internasional. 

Bersama Shelsa dan Wita, Aiko memulai persiapan menghadapi AUG 2024 sejak Januari 2024. 

Selama enam bulan mereka harus bergelut dengan latihan yang melelahkan. 

Latihan semakin intensif selama dua bulan menjelang pelaksanaan AUG 2024. 

”Sehari bisa dua kali. Satu kali latihan dua jam,” tutur Aiko. 

Banyaknya porsi latihan kadang memunculkan rasa bosan. 

Sempat tebersit di benak Aiko untuk sesekali bolos dan menghibur diri dengan jalan-jalan.

Namun, keinginan seperti itu akhirnya kalah dengan tanggung jawab mewakili negara. 

Apalagi itu merupakan kesempatan pertama. 

Mahasiswi berusia 22 tahun itu pun merasa tak pantas untuk berpikir egois. 

Ada dua teman lainnya yang juga memiliki beban serupa. 

Sebagai tim yang bertanding pada kategori beregu, mereka harus rutin latihan. 

Agar chemistry semakin kuat dan terjaga hingga hari pertandingan. 

 ”Beruntung kami bertiga sudah berada di satu tim pencak silat sejak SMA. Jadi 

chemistry awal sudah dapat. Tinggal menjaganya saja,” imbuh Aiko. 

Selain latihan, mereka menjaga kekompakan dengan menyempatkan diri hangout bersama saat liburan. 

Ketiganya juga kerap makan bersama.

Itu pun belum cukup. 

Di antara ketiganya harus ada yang berperan sebagai penengah ketika terjadi perdebatan. 

Biasanya bibit perdebatan muncul ketika terjadi kesalahan saat latihan. 

Dalam kondisi lelah, kadang terjadi saling tunjuk siapa yang salah. 

”Ketika yang ada salah-salahan seperti itu harus ada yang menengahi. Kalau tidak, ya bubar sudah latihannya,” terang Aiko sembari tertawa kecil. 

Beruntung selama persiapan atau latihan, masalah yang muncul hanya sebatas 

perdebatan kecil. 

Tidak sampai ada yang mogok berlatih. 

Latihan enam bulan yang membosankan dan melelahkan ternyata hanya untuk 

penampilan selama tiga menit. 

Tantangan yang paling berat dihadapi Aiko adalah rasa grogi. 

Label Indonesia di punggung seakan membuat dunia mahasiswa jurusan Pendidikan Guru SD itu terasa sangat berat. 

Seperti ada dua gajah di pundaknya. 

”Sebelumnya saya memang pernah menang di kejuaraan Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) di 2023. Tapi kali ini rasanya beda. Membawa nama bangsa berkali-kali lipat lebih berat,” tutur Aiko. 

Untuk mengurangi tekanan semacam itu, Aiko memiliki kebiasaan khusus sebelum bertanding. 

Yakni membaca Alquran. 

Dia yakin, mengaji bisa mengembalikan rasa percaya diri. 

Persiapan panjang yang sudah dilakukan selama enam bulan juga membuat Aiko tidak ingin menyianyiakan waktu tiga menit yang sangat berharga tersebut. 

”Ketika pemanasan mau bertanding, jantung sudah seperti mau copot. Tapi waktu sudah berada di tengah arena, ternyata kami sangat enjoy. Menikmati setiap detik penampilan,” beber mahasiswi asal Sidoarjo itu. 

Kerja keras tersebut akhirnya tidak sia-sia. Aiko dan timnya berhasil mendulang satu medali emas lewat kategori beregu putri. 

Ada tiga kriteria dalam penilaian kategori itu. 

Pertama, kesesuaian atau kekompakan gerakan. 

Kemudian ketepatan gerakan, 

seperti kapan harus lambat kapan harus ada penekanan. 

Yang terakhir adalah keluwesan penampil dalam memperlihatkan jurus.

Melengkapi keberhasilan meraih medali emas, kegembiraan Aiko dan teman-temannya bertambah karena pihak kampus juga memberikan apresiasi. 

Di antaranya, mereka dibebaskan dari uang kuliah hingga lulus. 

Bahkan diberikan beasiswa penuh jika ingin melanjutkan ke jenjang S-2. (*/fat)

Editor: Yudistira Satya Wira Wicaksana

Sumber: Radar Malang

Harvested from: https://radarmalang.jawapos.com/sosok/814850900/perjuangan-tiga-mahasiswi-umm-meraih-emas-pencak-silat-aug-2024-enam-bulan-latihan-untuk-tiga-menit-penampilan?page=4
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: