Cerita Mahasiswa UMM yang Jadi Terapis Autis

Author : Humas | Wednesday, December 28, 2022 08:52 WIB | Republika Jogja -

Autisme. Ilustrasi

Autisme. Ilustrasi | Foto: timeanddate.com

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Bermanfaat, berbakat, dan berdedikasi menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Amira Syafana. Sampai saat ini ia mampu mengumpulkan banyak prestasi. 

Terbaru, Amira berhasil menyabet kemenangan pada Lomba Podcast Nusantara. Kemudian juga memenangkan Juara I Lomba Opini Nasional PENMAS yang diadakan oleh Universitas Negeri Medan.

Amira mengaku ini sebagai hal yang luar biasa dan suatu kebanggaan baginya dapat mengharumkan nama prodi dan kampus. "Apalagi kategori yang dilombakan cocok dengan ide dan kegiatan saya sehari-hari,” ucapnya dalam pesan resmi yang diterima Republika.

Pada kompetisi tersebut, Amira mengangkat judul  “Merajut Asa Pejuang Merdeka Belajar”. Opini ini memuat tentang implementasi merdeka belajar yang berusaha mengubah keterbatasan manusia menjadi suatu potensi.

Menurut dia, setiap anak diciptakan oleh Tuhan dengan potensinya masing-masing. Sebagai orang yang paling berpengaruh dalam membentuk jiwa merdeka anak-anak, Amira mengajak orang tua dan guru wajib menyayangi, mendidik, membina dan mengarahkan mereka. 

Terlepas dari keadaannya, anak-anak adalah investasi dunia akhirat yang lahir dari rahim seorang ibu. Mereka akan menyumbang banyak pemikiran, serta berkontribusi untuk bangsa dan negara.

Apa yang disampaikan Amira lewat opini ternyata tak hanya ide belaka. Ia sudah menerapkan sejak lama dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa yang hobi menulis, membaca dan public speaking ini juga aktif sebagai terapis di Omah Terapih Autis, sebuah Lembaga yang bekerja sama dengan Autism Center Malang. Di sana, ia mengajar basic life seperti membersihkan toilet sikat gigi, memegang sendok, hingga motorik kasar seperti melompat dan jalan. 

Amira mengatakan, saat ini dia mendampingi anak-anak usia sekitar tiga sampai tujuh tahun. Dia tidak bisa menutup mata dengan keberadaan anak-anak yang spesial. Sebab itu, dia sangat bahagia bisa berbagi dan mendampingi mereka.

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Amira mengaku mendapat banyak hal positif di tempatnya bekerja. Salah satunya belajar menjaga regulasi emosi dengan baik. Ia juga bisa tahu cara merawat anak dan ilmu-ilmu parenting seperti cara mengelola makanan karena kebanyakan dari mereka tidak bisa makan sembarangan. 

Menariknya, Amira tidak hanya menulis opini tetapi dia sudah meluncurkan delapan judul buku. Ia berupaya memberikan semangat bagi mahasiswa dan anak muda lain untuk berkarya, baik itu berkarya membantu sesama, maupun melahirkan buku dan lainnya. 

“Mari mulai berpikir bahwa manusia tidak dikekang oleh batas dalam menggapai masa depan. Selalu ingat sesama dan juga mengembangkan potensi yang sudah diberikan oleh Sang Maha Kuasa,” kata dia menambahkan.

Harvested from: https://repjogja.republika.co.id/berita/rnkvvm291/cerita-mahasiswa-umm-yang-jadi-terapis-autis
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: