ANTARA/Anis Efizudin | Beragam motif batik (ilustrasi).
Rep: Wilda Fizriyani Red: Natalia Endah Hapsari
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG --- Untuk mengembangkan motif batik, dosen Program Studi Informatika, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Agus Eko Minarno mendesain kecerdasan buatan (AI). Hasil ini membuktikan AI bisa dimanfaatkan dan diterapkan dalam berbagai sektor.
Agus menceritakan latar belakang pengembangan dan riset yakni karena ketertarikannya akan batik, tepatnya sejak 2012 lalu. Dari situ, Agus konsisten untuk melakukan penelitian motif batik.
AI yang sedang dikembangkan diharapkan mampu memberikan motif baru. Apalagi di dunia batik ada istilah stagnasi, yaitu kebanyakan motif yang digunakan masih sama. "Ada pun teknologi Generative Adversial Networks (GANs) bisa mengembangkan dan bahkan mengombinasikan motif-motif yang ada menjadi motif yang baru," kata Agus dalam siaran pers yang diterima Republika.
Menurut dia, nantinya program yang ada akan diberi input agar bisa membuat motif yang diinginkan. Hal ini dicontohkan apabila ada motif A dan motif B, maka AI akan mengombinasikan dan menggabungkannya menjadi batik baru yang menarik.
Dengan GANs, komputer belajar mengidentifikasi motif-motif yang sudah ada dan mengembangkannya menjadi motif yang baru. Hal ini juga bermanfaat sebagai simulator bagi desainer dalam menggabungkan dan mengkombinasikan motif. "Melalui teknologi ini, dalam satu detik dapat menghasilkan sekitar 100 motif baru,” jelasnya.
Penelitian Agus telah sampai pada proses mengumpulkan data set yang nantinya dijadikan buku-buku terkait batik dan filosofinya. Sampai saat ini ada lebih dari 202 kain batik yang sudah didigitalisasi.
Dalam melaksanakan penelitian, ada lebih dari 35 sukarelawan yang turut membantu. Begitu juga kerja sama dengan Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad, pengrajin, serta dosen-dosen Prodi Informatika UMM, serta para kolektor.
Dosen yang sedang melanjutkan studi doktoral ini melanjutkan, tantangan yang ia hadapi adalah mengumpulkan data set. Hal itu karena banyak batik klasik yang hanya dimiliki oleh sedikit kolektor. Maka itu, kerja sama dengan PPBI menjadi solusi yang bagus untuk mengumpulkan berbagai hal.
Ia berharap akan lebih banyak lagi motif yang dapat dikumpulkan sehingga batik bisa banyak dikenal dengan mudah. Begitu pula dengan pengembangan AI ini bisa membantu pengusaha dan desainer batik. "Sehingga bisa membuat motif-motif baru dan menaikkan angka penjualan,” ungkapnya.