Program yang dijalani sangat singkat, tapi mahasiswa dapat belajar dari dunia nyata sekaligus memberi manfaat konkret bagi masyarakat.
Sebanyak 25 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang berko laborasi dengan 25 mahasiswa Politeknik Singapura dalam program Learning Express (LEx) menghasilkan teknologi baru. Teknologi itu berupa alat produksi budi daya cacing tanah.
Ketua tim pembuat alat produksi dan budi daya cacing tanah, Joshua Woon, di Malang, Sabtu (20/9), menyatakan, alat pro duksi cacing tanah itu bisa digunakan sebagai pemutar tanah, memberi makan cacing, serta mengarahkan cacing ke tem pat tertentu dalam waktu yang hampir ber samaan.
"Meski dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan, alat ini tidak mengotori tangan karena dapat bekerja secara otomatis.
Teknologi ini cukup sederhana, bahkan tidak membutuhkan biaya tinggi dan cara penggunaannya pun mudah," ujarnya.
Selain alat produksi budi daya cacing tanah, 50 mahasiswa dari dua perguruan tinggi itu juga menciptakan alat produksi kue kremes carang mas khas Kota Batu dan alat produksi pengelolaan sampah bekas kayu gergaji. Teknologi produk kue kremes carang mas sangat memudahkan produsen, mulai dari proses pengupasan ubi jalar hingga pengemasan produk.
Ketua tim pencipta alat produksi kue kremes carang mas, Ng Liying Amanda, mengatakan, sebenarnya produsen carang mas sudah bisa membuat kue kremes dengan rasa yang sangat lezat. Namun, cara dan proses yang mereka jalani cukup panjang dan melelahkan. Masa produksi yang mereka jalani lebih lama dan sistem pemasaran pun masih sangat klasik.
Oleh karena itu, kata Amanda, teknologi baru ini akan jauh lebih mudah sekaligus membuat pengelolaan makanan ini lebih maju, baik dari segi produksi maupun pemasaran. "Alat yang kami ciptakan ini bisa bekerja secara multitasking sehingga dalam satu aktivitas pekerjaan bisa menyelesaikan beberapa tugas sekaligus," ujarnya.
Selain itu, lanjut Amanda, produksi kue kremes carang mas ini juga ditambah inovasi toping beragam rasa dan warna agar lebih menarik perhatian pembeli. Sistem pemasaran produknya pun juga didesain sedemikian rupa, termasuk lewat media sosial media, baik Facebook, Twitter maupun Instagram, agar jangkauannya lebih luas.
"Produsen juga kami ajari cara memasar kannya kewat berbagai media agar bisa menembus pasar global karena saya yakin produk makanan khas ini layak dipasarkan secara luas untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun global," tegasnya.
Sementara, ketua rombongan LEx Politek nik Singapura, Soh Kim Fai, mengatakan, LEx sengaja didesain dalam waktu singkat.
Tujuannya agar mahasiswa dapat belajar dari dunia nyata sekaligus memberi manfaat konkret bagi masyarakat setempat. "Hal ini selaras dengan moto LEx, yakni connecting, creating, and caring,''katanya. Dengan moto ini, mahasiswa Singa pura selain dapat terkoneksi dengan masyarakat Batu, juga sekaligus mem buktikan rasa pedulinya dengan menciptakan teknologi baru yang bisa langsung dimanfaatkan untuk kepen tingan produksi yang lebih efisien.
Pembantu Rektor III UMM Dr Diah Karmiyati berharap program LEx yang sudah berlangsung selama dua angkatan ini bisa menjadi contoh sukses kerja sama dua kampus lintas negara, tidak hanya dari segi institusi, tapi juga dari segi kolaborasi mahasiswanya.
"Ini tidak hanya menjadi kemitraan strategis karena melibatkan dua institusi, tapi juga kemitraan taktis karena 50 mahasiswa dari dua negara terbukti bisa saling bersinergi dalam waktu singkat dan menciptakan hal yang sangat konkret dan produktif," ujarnya.