Membangun Energi Terbarukan dengan Micro Hidro

Author : Humas | Thursday, February 05, 2015 17:11 WIB | Republika - Republika

REPUBLIKA.CO.ID,
Energi terbarukan kian gencar jadi pembicaraan baik di ruang ilmiah maupun ruang publik. Pasalnya, semakin besar kekhawatiran energi yang selama ini digunakan, seperti minyak bumi dan gas alam, akan semakin habis. Untuk itu, inovasi menciptakan dan mengembangkan energi terbarukan terus dilakukan.

Salah satunya dilakukan di kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Kawasan kampus ini dialiri lintasan Sungai Brantas. Maka dengan memanfaatkan Sungai Brantas yang mengalir melintasi kompleks kampus UMM, dibangunlah pembangkit listrik tenaga micro hidro (PLTMH).

Enam tahun yang lalu, UMM sudah membangun PLMTH Sengkaling I. Lokasinya tepat di belakang Sengkaling Food Festival. Saat ini, tim pengembang PLTMH sedang membangun  PLMTH Sengkaling II. PLTMH ini salah satu upaya untuk menciptakan dan mengembangkan energi terbarukan.

PLTMH Sengkaling I milik UMM dapat memproduksi 100 KW. Hampir 30 persen kebutuhan listrik kampus UMM disuplai dari pembangkit listrik ini. Sedangkan, PLTMH Sengkaling II akan memproduksi 82 KW. Sehingga, totalnya akan ada 182 KW yang akan dihasilkan dari PLTMH UMM.

Kepala pengembang PLTMH Suwigyo menjelaskan, proses PLTMH ini cukup sederhana. Turbin digerakkan dengan memanfaatkan arus Sungai Brantas. Arus sungai dari atas ke bawah inilah yang akan menggerakkan turbin. Turbin yang bergerak akan menghantarkan arus energi yang tersalurkan ke gedung-gedung di kampus UMM.

Suwigyo mengatakan, pembangkit listrik ini menggunakan dinamik hidro yang menggerakkan turbin dengan air. Ia menjelaskan, walaupun pembuatan PLTMH ini terbilang mahal, tenaga yang dibutuhkan hanya berasal dari alam. Sehingga, tidak perlu membeli bahan seperti batu bara.

Walaupun proses pembangkit listrik ini cukup sederhana untuk dipahami, penerapannya cukup rumit dan sangat mahal. Air dalam saluran irigasi (intake) ditampung dalam kolam penampung yang disebut forebay. Air tampungan selanjutnya dialirkan melalui pipa besar yang disebut penstock. 

Penstock dengan diameter 70 sentimeter dan panjang 57 meter ditempatkan dalam tanah dengan kemiringan 40 derajat menuju power house. Di situlah generator berada. Beda tinggi antara kolam penampung dan power house adalah 15 meter.

Suwigyo mengatakan, dalam power house air akan menggerakkan turbin yang dapat menggerakkan generator berdaya 160 KW. Tenaga listrik yang dihasilkan dari generator dialirkan ke dalam electric load control (ELC) untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan langsung menyuplai energi listrik di gedung-gedung yang ada di UMM. 

Sisa air penggerak turbin akan dialirkan kembali ke Sungai Brantas. Jadi, PLTMH ini hanya meminjam sementara aliran air tanpa menguranginya sedikit pun.

Pada saat ini, daya listrik terbangkit adalah 100 KW pada musim penghujan. Jika kemarau, dayanya sedikit menurun, yakni sekitar 70 KW. Suwigyo mengatakan, daerah-daerah terpencil bisa memanfaatkan sistem ini untuk penerangan malam hari, dengan cara energi yang dihasilkan disimpan di aki.

Program PLTMH yang berasal dari bantuan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI ini memang cukup mahal. Suwigyo mengatakan satu pipa penstock bisa seharga Rp 600 jutaan. Selain itu, proses pembuatannya juga sangat rumit. Dari pemasangan turbin hingga bangunan yang menyangga turbin harus diperhatikan.

Menurutnya, dibutuhkan tiga ahli disiplin ilmu untuk membangun PLTMH. Ketiganya adalah ahli di bidang teknik mesin untuk mendesain dan mengoperasikan turbin, teknik sipil untuk merancang bangunan yang menyangga turbin, dan teknik elektro untuk menyalurkan energi ke tempat-tempat yang akan disuplai.

Maka tidak heran UMM mampu meraih penghargaan ASEAN Energy Awards dalam Kompetisi Manajemen Proyek Energi Terbarukan tingkat ASEAN, pada 2008 lalu. Permasalahannya sekarang, Suwigyo mengatakan, ada beberapa tempat yang memiliki pontesi untuk dibangun PLTMH namun tidak dapat digunakan secara maksimal.

Ia mencontohkan di Irian Jaya yang potensi untuk PLTMH-nya sangat besar. “Tapi buat apa?  Untuk siapa? Sementara, ada beberapa tempat yang membutuhkannya, tapi tidak memiliki potensi air,” kata Suwigyo.

Namun, ia menyakini PLTMH menjadi masa depan energi terbarukan karena PLTMH tidak membutuhkan bahan bakar. PLTMH memanfaatkan energi dari alam. Suwigyo mengatakan energi yang paling menghemat bahan bakar memang tenaga matahari atau solar. Namun, pembangkit listrik tenaga matahari jauh lebih mahal lagi. Satu panel pembangkit tenaga listrik harganya bisa mencapai ratusan juta.

“PLTMH juga sangat mahal, tapi sekali berinvestasi tidak perlu mengeluarkan banyak biaya, hanya perawatannya saja,” katanya.

UMM tidak hanya mengembangkan PLTMH untuk kegiatan akademik, tetapi juga telah membuat PLTMH di Sumbermaron, Desa Karang Suko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Suwigyo mengatakan, tidak hanya di sekitar Malang Raya, tetapi UMM juga telah membuat PLTMH di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Sulawesi dan Kalimantan.

Menurutnya, ada 11 desa yang mendapat suplai dari PLTMH yang didirikan UMM di Sumbermaron. Secara teknis, PLTMH Sumbermaron mengandalkan debit air satu meter kubik per detik dengan tinggi tekanan hidrolik enam meter. Turbin yang digunakan berbeda dengan yang digunakan pada PLTMH di kampus UMM. “Turbin Sumbermaron menggunakan propeller poros horizontal dengan diameter 45 sentimeter,” katanya.

Turbin ini merupakan rancangan UMM sendiri.  Energi yang digerakkan dari turbin mencapai 45 KW. Ia mengatakan, Sumbermaron sangat cocok dibangun PLTMH karena debit air yang dikeluarkan selalu stabil meskipun musim kemarau.

Tak hanya menjadi pelopor PLTMH, tapi UMM juga diharapkan dapat menjadi universitas mandiri yang menjadi pusat energi terbarukan. Suwigyo mengakui, untuk menjadi pusat energi terbarukan, tidak semua pembangkit harus ada di kampus UMM. PLTMH dapat dibuat di mana saja namun UMM tetap menjadi penggagasnya.

Efek beruntun dibangunnya PLTMH tidak hanya dipetik oleh UMM. Sudah cukup banyak masyarakat merasakannya. Kepala Humas UMM Nasrulah menerangkan, PLTMH UMM menjadi satu-satunya di Indonesia yang berada di lingkungan kampus dan dengan mudah bisa dijangkau oleh pengunjung yang ingin belajar.

PLTMH UMM tak hanya bisa menyuplai kebutuhan sehari-hari di kawasan kampus, tapi juga sebagai sebuah unit laboratorium dan objek wisata sains. “PLTMH UMM telah berhasil memberi inspirasi berbagai pihak untuk membangun hal serupa,” katanya.

Sejak beroperasi hingga sekarang, Nasrulah mengatakan, PLTMH UMM telah menerima kunjungan dari berbagai kalangan. Duta Besar berbagai negara, menteri, pemerintah provinsi dan kabupaten di Indonesia, kalangan perguruan tinggi, perusahaan swasta, hingga sekolah-sekolah sudah mengunjungi dan menyaksikan cara kerja pembangkit listrik ini.

Harvested from: http://www.republika.co.id/berita/koran/khazanah-koran/15/02/05/njamzg-membangun-energi-terbarukan-dengan-micro-hidro
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: