Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Rina Wahyu Setyaningrum, M.Ed. Foto/Dok/UMM
JAKARTA - Dewasa ini, banyak orang tua yang mendorong anaknya untuk belajar bahasa Inggris di usia lima tahun ke bawah atau golden age. Jika bersekolah, anak-anak tersebut akan masuk ke dalam kelas toddlers atau pre-school.
Fenomena ini menarik perhatian Dosen Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Malang ( UMM ), Rina Wahyu Setyaningrum, M.Ed.
Menurutnya, pembelajaran Bahasa Inggris untuk anak-anak merupakan pilihan dari masing-masing orang tua. Meski demikian, ada beberapa aspek yang tetap perlu diperhatikan.
"Pertama, memastikan bahwa anak telah memiliki paling tidak satu bahasa yang dipahami dengan baik. Misalnya saja bahasa Indonesia yang digunakan di berbagai dalam kegiatan pembelajaran atau bahasa resmi di sekolah maupun lingkungan,” jelasnya.
Rina melanjutkan, ketika anak sudah memiliki satu bahasa, maka ia akan lebih mudah menghubungkan antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya. Namun ketika anak tersebut tidak mengetahui satu bahasa dengan baik, ia menyarankan untuk tidak memaksakan anak mempelajari bahasa lain.
“Kedua, orang tua juga harus mengetahui metode apa yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris tersebut. Pada masa golden age, anak dapat belajar bahasa Inggris dengan berbagai macam aktivitas. Seperti misalnya menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Mereka juga harus belajar dengan senang, bahagia dan dapat menikmati prosesnya,” urainya.
Belajar bahasa Inggris, menurut Rina tidak hanya dapat dilakukan dengan membaca dan menulis. Kedua kegiatan ini justru dapat menyebabkan kebingungan berbahasa bahkan frustasi pada anak. Apalagi anak-anak memiliki tingkat konsentrasi yang tergolong pendek, sehingga guru harus memperhatikan kegiatan-kegiatan apa yang bisa mengakomodir.
Rina berharap orang tua sebaiknya tidak memberikan target-target khusus kepada anak, karena fungsi dari pembelajaran bahasa Inggris pada dasarnya hanya untuk pengenalan. Anak-anak juga harus diberi kesempatan untuk menggunakan Bahasa Inggris dalam kehidupan nyata, terlepas dari benar atau salahnya.
“Namun, apabila orang tua menginginkan anaknya menjadi seorang bilingual, maka orang tua pun harus berperan dalam hal ini. Misalnya, orang tua membuat satu aturan kepada anaknya bahwa ketika anak ingin berbicara dengan ibunya maka ia harus berbahasa Indonesia. Namun, apabila ia ingin berbicara dengan ayahnya maka ia harus berbahasa Inggris ataupun sebaliknya,” tuturnya.
Sebagai seorang yang meneliti pembelajaran bahasa Inggris, Rina menyarankan bahwa anak-anak hendaknya diberikan kesempatan untuk belajar bahasa Inggris secara natural, bukan dalam paksaan.
"Jangan sampai anak belajar bahasa Inggris dengan dibebani banyak hal. Tidak ada salahnya mereka belajar bahasa baru sejak dini. Hal itu justru akan memberikan banyak manfaat, seperti misalnya saling menghargai budaya. Ketika mereka belajar bahas Inggris, mereka secara tidak langsung juga turut belajar budaya tersebut,” katanya mengakhiri.