Ponorogo (SI Online)-Agaknya telah terjadi salah kaprah di tengah masyarakat, dalam memaknai ekonomi kerakyatan hanya sebatas pengertian koperasi, usaha kecil, usaha mikro, usaha kecil rumahan hingga usaha berskala menengah.
“Ekonomi kerakyatan, sebenarnya mencakup seluruh aktivitas ekonomi yang dilakukan rakyat dengan berorientasi kepada tercapainya kemaslahatan umat,” kata Ahmad Heriawan saat menjadi salah satu pembicara dalam seminar Indonesia Juara Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), yang digelar Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jawa Timur, baru-baru ini.
Selain Aher, pada kesempatan seminar ini, hadir dan juga berkesempatan sebagai pembicara pembanding adalah; Presiden Direktur Toyota Indonesia, I Made Dana Tangkas serta CEO Bisnis Corp Universitas Muhammadiyah Malang, Soewandono.
Ekonomi kerakyatan, lanjutnya, merupakan embrio kemandirian ekonomi. “Mahasiswa, jika kelak ingin berwirausaha, maupun menjadi profesionalis muda, dari sekarang sudah harus memulai menggali potensi diri masing-masing. Membangun kemandirian, melangkah mempersiapkan diri untuk tampil menjadi tenaga ahli, yang kelak mampu menjawab tantangan dan persaingan dalam tatanan MEA,” katanya.
Di era 1980-an, dibanding dengan Korea Selatan, Indonesia jauh lebih unggul. Kondisi sekarang berbalik, Korea Selatan jauh meninggalkan Indonesia. Rahasianya, dalam dua dekade terakhir, Korea Selatan sangat berhasil gilang-gemilang membangun kemandirian ekonomi segenap rakyatnya.
Korea Selatan, negeri yang merdeka dua hari lebih dulu dari Indonesia. Namun, pada tahun 1950, menjadi morat-marit akibat pecah perang saudara, yang ingin menyatukan Korea. Hingga tahun 1953, akibat perang itu, menjadikan Korea Selatan sudah sangat terdesak. PBB menyelamatkan dengan memprakarsai gencatan senjata. Hingga kini, setiap ada usaha untuk menyatukan Korea---Utara dan Selatan, senantiasa tidak berhasil.
Korea Selatan kemudian lebih fokuspada pembangunan ekonomi rakyatnya---terakhir penduduk Korea Selatan ini berjumlah kurang dari 50 juta jiwa. Pembangunan ekonomi yang dilakukan memberikan hasil yang demikan pesat, senyatanya berembrio pada keberhasilan membangun kemandirian setiap rakyatnya.
Sulton, Rektor Universitas Muhammadiyah Ponorogo saat memberikan sambutan untuk membuka seminar ini menyebutkan, menghadirkan para pembicara ini, diharapkan dapat menularkan kiat-siasatnya kepada segenap mahasiswa. Tidak pula berlebihan jika kemudian berharap, dari antara mahasiswa ini, kelak ada yang terlahir sebagai generasi hebat di tengah bangsanya.
Selain hal itu, lanjut Sulton, penyelenggaraan seminar ini sebenarnya menjadi bagian dari keinginan agar Kelas Wirausaha(KWU) yang diselenggarakan sejak tiga tahun silam, semakin bermanfaat untuk mempersiapkan dan membentuk jiwa bisnis kalangan mahasiswa. “Fungsi Universitas, tidak sebatas mencetak tenaga profesional, tetapi juga berupaya agar setiap mahasiswa setelah menyelesaikan pendidikan mampu menciptakan lapangan pekerjaan,” ungkapnya.