Din Syamsuddin Unggul Sementara

Author : Humas | Wednesday, July 06, 2005 | Suara Karya - Suara Karya

MALANG (Suara Karya): Din Syamsuddin untuk sementara memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010, dalam Muktamar Muhammadiyah ke-45, di Malang, Jawa Timur, Selasa (5/7).

Hingga pukul 21.30 WIB semalam, dari suara yang telah dihitung, setelah dilakukan pemungutan suara, di Laboratorium Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang itu, Din telah meraih lebih dari 275 suara. Sedangkan kandidat kuat lainnya, Malik Fadjar berada di urutan kedua dengan 235 suara, diikuti Haedar Nashir, Rosyad Sholeh, dan Yunahar Ilyas.

 

Menurut anggota Panitia Pemilihan Nadjib Hamid, peserta muktamar yang berhak memberikan suara sebanyak 2.154 orang, tapi yang menggunakan hak suara 2.043 orang. "Sembilan orang tidak menggunakan hak suara karena berbagai alasan, misalnya sakit. Proses pemilihan sendiri sebenarnya sudah selesai pukul 13.30 WIB, namun panitia tetap menunggu peserta muktamar hingga satu jam sesudahnya, baru kemudian pemilihan ditutup," katanya.

Pemungutan suara tersebut adalah untuk memilih 13 nama anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sedang ketua umum PP Muhammadiyah definitif akan diumumkan Kamis (7/7) malam. Untuk menetapkan 13 nama itu, setiap peserta muktamar memilih tiga belas nama dari 39 nama yang sebelumnya telah dipilih di sidang Tanwir

Pemilihan 13 anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2005-2010 itu dimulai tepat pada pukul 09.05 WIB. Proses pemberian suara diawali oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2000-2005 Prof Dr Syafii Ma'arif dan diikuti Abdul Malik Fajar, Din Syamsuddin, Rosyad Sholeh, Amin Abdullah, Haidar Nasir, Goodwill Zubair, Munir Mulkan dan Hajriyanto Y Thohari.

Peserta muktamar yang memberikan suaranya terdiri atas pimpinan wilayah, pimpinan daerah serta organisasi otonom Muhammadiyah di setiap tingkatan. Mereka memberikan suara melalui lima tempat pemberian suara yang masing-masing memiliki delapan bilik suara.

Amien Rais mengatakan, jabatan ketua umum biasanya akan jatuh pada calon yang mendapat suara terbanyak. "Tetapi tidak menutup kemungkinan bukan suara terbanyak yang terpilih menjadi ketua umum dan ini pernah terjadi dalam beberapa muktamar sebelumnya," ujarnya.

Selain itu, dia juga mengatakan bahwa kombinasi tua-muda dalam kepengurusan Muhammadiyah periode mendatang merupakan hal yang tepat. Dia memisalkan kalau tokoh yang terpilih sebagai pemimpin Muhammadiyah terlampau tua usianya maka ke depan Muhammadiyah mungkin akan berjalan "memakai tongkat."

 

Amien Rais mengakui ada fenomena baru dalam muktamar kali ini karena munculnya sejumlah tim sukses untuk menggolkan seorang calon. (Ant/Victor AS)

Harvested from: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=114236
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: