Pencerahan Budaya Sang Dalang-"Pendekar" CO2

Author : Humas | Saturday, July 02, 2011 | Suara Karya - Suara Karya

Di tengah hiruk-pikuk dunia politik yang kian memanas, pendekatan budaya cukup efektif menggebrak penyadaran dan pencerahan. Inilah yang dilakukan dalang yang juga kerap dijuluki "pendekar" CO2, Rohmad Hadiwijoyo. Pertunjukan wayang dan tulisan-tulisannya di berbagai media, kerap mendapat banyak apresiasi masyarakat, dari rakyat jelata hingga para tokoh bangsa.

Kandidat doktor ilmu lingkungan Undip, penggagas sekaligus pimpinan perusahaan pertama pengolah limbah karbon terbesar di Indonesia ini, meluncurkan buku "Bercermin di Layar, Realita Antar Cerita". Launching yang dihadiri mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris itu, berlangsung di Hotel Crowne, Jakarta, baru-baru ini.

 

Karya setebal 212 halaman yang diberi kata pengantar oleh Gregory Churcill dan Profesor Riset LIPI Indria Samego tersebut, merupakan kompilasi "sentuhan kultural" Ki Rohmad di media massa yang bersumber dari kearifan lokal budaya Jawa: wayang.

Peraih gelar magister di George Washington University AS ini, merefleksikan beragam realitas masa kini. Persoalan seperti ekonomi, politik, dan sosial, diulas CEO PT RMI Group dan Direktur Eksekutif Cides ini, dengan mengadopsi khazanah cerita Ramayana dan Mahabarata dalam bahasa yang memukau. Sebagai konsekuensi, buku terbitan Tatanusa ini pun menjadi best seller. Kini sudah terjual 3,000 eksemplar di toko buku Gramedia, dan 2000 eksemplar di Aksara.

Dosen Universitas Muhammadiyah Malang ini dan kolumnis di banyak media nasional ini, memang kerap menulis tentang kepemimpinan spiritual berdasarkan falsafah Jawa. Dia aktif dalam kegiatan budaya sejak 1982. Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) DKI Jakarta ini, sangat hobi mendalang, bahkan dengan pola multimedia.

Karena itu, buku Ki Rohmad melukiskan peristiwa aktual yang diramunya dengan unsur pewayangan, seperti "Kopi Joyo Anggodo Mbalelo", "Sinta Tundung ke Washington", "Baratayuda di Kuru Century", "Amenangi Zaman Edan", "supersemar Pandudewanata", Wahyu Makutarama untuk Siapa?", "Ambek Paramarta", "Hastina Merdeka", Berkaca kepada Salya", dan sebagainya.

 

Indria Samego mengatakan, Ki Rohmad sangat piawai menggunakan medium wayang dalam membahasakan suasana kebatinan publik. "Ia mampu membawa pencerahan dari perspektif budaya. Ki Rohmad membawa pesan agar wayang dapat mengimbangi budaya pop yang mendominasi pergaulan anak muda saat ini," katanya. (Yudhiarma)

Harvested from: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=281972
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: