Teror NII Makin Mengkhawatirkan

Author : Humas | Thursday, April 28, 2011 | Suara Karya - Suara Karya

ATAS nama perjuangan, dalam upaya menjadikan Indonesia negara Islam dengan nama Negara Islam Indonesia (NII), sebuah pergerakan secara gigih merekrut para calon anggota. Sejumlah pemuda, terutama di Pulau Jawa, menjadi sasaran. Para korban tidak hanya mahasiswa dari berbagai kampus, tetapi juga mereka yang sudah bekerja. Namun, berlawanan dengan perjuangan yang mereka gembar-gemborkan, pergerakan ini justru menghalalkan segala cara.

Dalam mengumpulkan dana yang disebut-sebut sebagai modal perjuangan, NII dalam operasinya justru tak ubahnya bak kelompok teroris, kelompok yang tak peduli apakah tindakan mereka dibenarkan agama atau tidak, halal atau haram. Itu diketahui dari para korban yang berhasil lepas dari jeratan kelompok yang menamakan NII tersebut, serta dari berbagai bukti.

 

Dalam merekrut anggota, NII melakukan "cuci otak" terhadap korbannya. Dengan cara itu, mereka mengendalikan korban dalam mencari dana dalam jumlah besar. Tak peduli dari mana uang itu didapatkan. Apakah dari orangtua, menipu, mencuri, merampok, bahkan menjual diri sekalipun. Cara itu bertolak belakang dengan perjuangan NII yang diproklamasikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, 7 Agustus 1949, di Desa Cisampah, Kecamatan Ciawiligar, Tasikmalaya, Jawa Barat, dengan nama Darul Islam (DI).

NII bersenjatakan cuci otak ini sudah lama meresahkan masyarakat, terutama para orangtua. Setelah sempat surut, kegiatan "penculikan" terhadap korban yang mereka lakukan akhir-akhir ini kembali mencuat. Melihat sepak terjangnya, NII yang ada sekarang diyakini banyak kalangan tak terkait sama sekali dengan NII pimpinan Kartosoewirjo yang ditangkap dan dieksekusi tahun 1962.

Gerakan NII bukan lagi upaya menjadikan Indonesia negara teokrasi, melainkan telah berubah menjadi organisasi rampok, yang meneror masyarakat dan memanfaatkan Islam sebagai tameng. NII sekarang, yang baru saja berhasil mencuci otak sekelompok mahasiswa di Pulau Jawa, termasuk beberapa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang, dikenal dengan gerakan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW9). Kelompok yang disebut-sebut berpusat di salah satu pesantren di Indramayu, Jabar, ini dicurigai ada yang melindungi.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam suatu penelitiannya pernah mengungkapkan bahwa pondok pesantren dimaksud berhubungan dengan NII yang meresahkan tersebut. Beberapa pihak, secara orang per orang, termasuk mereka yang mengaku mantan anggota NII, juga menemukan dugaan serupa. Tetapi, sejauh ini pemerintah terkesan tidak memperlihatkan reaksi yang diharapkan.

Tidak adanya respons menyelidiki, apalagi keinginan memberangus NII yang nayata-nyata telah menimbulkan kegelisahan di tengah masyarakat, pantas mengundang reaksi ketidakpuasan. Karena itu, tidak mengherankan apabila muncul kecurigaan ada orang kuat yang melindungi NII atau memanfaatkannya untuk kepentingan tertentu.

 

Kecurigaan yang mencuat tak boleh dibiarkan jika tak ingin pemerintah dinilai beserta para aparat keamanannya, termasuk intelijen, berada di belakang NII. Ingat, dampak dari gerakan NII sudah sangat mengkhawatirkan. Tindakan mereka tak beda dengan pelaku teror bom yang kembali marak akhir-akhir ini. Pemerintah harus bertindak. Masyarakat telah keberatan beban, jangan lagi ditambah dengan ketakutan terhadap berbagai teror, termasuk teror bom dan teror NII.***

Harvested from: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=277678
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: