Kurikulum Nasional Persulit ABK

Author : Humas | Saturday, March 14, 2009 13:57 WIB | Suara Merdeka - Suara Merdeka

MALANG-Kurikulum pendidikan nasional yang diterapkan saat ini sangat menyulitkan anak-anak yang berkebutuhan khusus (ABK) seperti yang terjadi di sekolah - sekolah inklusi.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bimbingan Konseling (BK) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM),  M Salis Yuniardi M Psi, kemarin, menyatakan  pendidikan inklusi membutuhkan kurikulum yang sensitif dan luwes. Itulah proses pendidikan yang menghargai dan berusaha mengembangkan potensi setiap siswa.

”Kebutuhan sekolah inklusi bukan kurikulum yang berfokus ke mengarahkan siswa agar sesuai dengan harapan standar kurikulum yang berangkat dari bagaimana mengatasi keterbatasan siswa. Namun berangkat dari penghargaan, optimisme, dan potensi positif anak berkebutuhan khusus,” katanya.

Namun kenyataan selama ini, kata dia, kurikulum pendidikan nasional masih kaku, arogan, dan tidak mau mengalah. Bahkan terhadap siswa yang termasuk anak berkebutuhan khusus. Siswalah yang harus mengalah dan menyesuaikan diri, bukan kurikulum yang menyesuaikan diri dengan potensi siswa.

Melibatkan Orang Tua Dosen Fakultas Psikologi UMM itu menegaskan kondisi tersebut sangat menyulitkan anak-anak berkebutuhan khusus di kelas inklusi.

Selain kurikulum yang menjadi hambatan bagi pengembangan sekolah inklusi, banyak guru belum memahami program inklusi.

Kalaupun ada yang paham, keterampilan gutu untuk menjalankan masih jauh dari harapan. Bahkan ketersediaan guru pendamping khusus pun belum mencukupi.

 

Salah satu program mendesak yang harus dikuasai guru dalam program sekolah inklusi adalah menambah pengetahuan dan keterampilan deteksi dini gangguan dan potensi pada anak.

Pakar pendidikan inklusi Dr Budiyanto mengatakan, pendidikan inklusi berarti melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses perencanaan. Sebab, keberhasilan pendidikan inklusi sangat bergantung pada partisipasi aktif orang tua bagi pendidikan sang anak.

”Keterlibatan orang tua bisa dalam penyusunan program pengajaran individual dan bantuan belajar di rumah serta mengupayakan tumbuhnya rasa percaya diri anak berkebutuhan khusus. Sekecil apa pun hal positif yang dilakukan harus dihargai,” katanya.

Harvested from: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/03/14/55833/Kurikulum-Nasional-Persulit-ABK-
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: