Nakhoda Baru Menuju World Class University

Author : Humas | Monday, September 07, 2009 14:36 WIB | Suara Merdeka - Suara Merdeka

Senin, 7 September ini, Prof Dr Laode M Kamaluddin, MSc, MEng akan dilantik sebagai Rektor Univrsitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang periode 2009-2013. Berikut ini disajikan wawancara tentang pandangan-pandangannya.

Mengapa Bapak tertarik untuk mengikuti seleksi rektor di Unissula?
Awalnya saya tidak mengetahui ada seleksi Rektor Unissula. Tetapi di Jakarta kami ada perkumpulan pemerhati terhadap perkembangan kemajuan universitas-universitas Islam di seluruh Indonesia. Berita tentang suksesi itu diketahui oleh banyak teman di Jakarta, dan yang banyak menarik perhatian ada dua hal. Pertama, Unissula membuka diri untuk mengakomodasi Guru Besar dari luar. Menurut teman-teman ini adalah langkah maju yang memungkinkan Unissula untuk berkembang pesat, karena bisa berasimilasi dengan pikiran-pikiran akademis dari luar dan yang aktual. Kedua, Unissula berketetapan hati menuju universitas Islam berskala nasional dan global, sehingga menjadi rujukan di Tanah Air. Teman-teman berkesimpulan, saya memenuhi kedua kriteria itu karena pengalaman, memiliki network nasional dan global yang sudah saya tekuni dan kerjakan 10 tahun terakhir ini.  Bismillah, saya ikut seleksi dengan niat beribadah, mengikuti panggilan dan naluri intelektual yang saya miliki.

Sebagai kampus Islam, menurut Bapak di mana keunggulan Unissula?
Saya bergerak dalam perguruan tinggi Islam sudah sejak mahasiswa. Setamat dari Unpad Bandung tahun 1978, saya merintis berdirinya Fakultas MIPA Universitas Islam As-Syafi’iyah di Jakarta, dan subhanallah, saya terpilih menjadi Dekan F-MIPA pertama. Saya lalu melanjutkan S2 dan S3 ke Amerika Serikat. Setelah menyelesaikan S3 di Iowa State University saya mengajar di almamater tersebut, dan setelah kembali ke Indonesia tahun 1991, diminta menjadi Dekan Fakultas Ekonomi di universitas tersebut selama enam tahun sampai 1996. Sekarang ini saya Guru Besar Luar Biasa/ tidak tetap di Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Islam Bandung.

Dari rangkaian pengalaman tersebut saya melihat universitas Islam pada umumnya memiliki kesamaan, yaitu karakter dan daya juang tinggi. Keunggulan Unissula adalah keberanian menetapkannya sebagai universitas Islam kelas dunia. Untuk merealisasinya, saya melihat kekompakan antara mahasiswa, dosen dan karyawannya mengambil jalan berani dengan melarang orang merokok di kampus karena alasan keagamaan. Dari sudut pandang  pemanasan global  dan perubahan iklim yang menjadi isu pokok dunia hari ini, yaitu penurunan emisi karbon atau efek rumah kaca, Unissula telah menempati posisi unik di antara universitas Islam di Indonesia. Bagi saya, itu merupakan keunggulan dan menjadi line-up dengan program PBB melalui komisi khusus, yaitu United Nations Framework for Climate Change Commision (UNFCCC) yang berpusat di Bonn, Jerman.

Masih banyak keunggulan lainnya, tapi satu hal ini saja sudah cukup membuat mahasiswa, dosen dan karyawan sibuk melakukan kreativitas dan penelitian-penelitian. Barang tentu Unissula perlu menyadari pentingnya bahasa global (Inggris) untuk ditingkatkan kompetensinya.    

Sejauh mana Bapak mengenal kampus ini dan budaya akademiknya?
Sebagai Rektor baru dan dari luar Unissula, saya harus jujur belum banyak pengetahuan tentang kampus dan budaya akademiknya. Namun dari dua kali pertemuan informal dengan para pimpinan senat mahasiswa dan ketua-ketua BEM, saya melihat ada kegairahan untuk maju. Mereka sangat mendambakan perubahan dan kemajuan, termasuk peningkatan budaya akademisnya. Dalam pertemuan dan dialog dengan sebagian besar senat universitas dan Pengurus YBWSA saya melihat ada kegairahan besar untuk memajukan universitas ini berkelas dunia yang berdaya saing global. Saya harus banyak mendengar dari para pemangku kepentingan dari dalam, karena merekalah yang berjasa mengantarkan Unissula ke tingkat kemasyhuran dan reputasi budaya akademiknya sekarang ini.

Apakah Bapak sudah mempelajari Budaya Akademik Islam (BudAI) yang dikembangkan di sini? Apa encana Bapak untuk memberi isian yang lebih menguatkannya?

Tidak mudah menjawabnya, karena BudAI disusun oleh para pemikir yang cemerlang. Saya belum mempelajari secara mendalam, tapi insya Allah dalam 100 hari saya dapat mengerti, memahami dan menyusun rencana implementasinya. Meskipun demikian saya sangat menaruh perhatian terhadap salah satu pilar BudAI yang sangat ”menantang” yaitu rekonstruksi ilmu atas dasar nilai-nilai Islam. Inilah yang menjadi entry point yang menurut saya perlu.
Apa pendapat Bapak tentang Visi BISMILLAH, MEMBANGUN GENERASI KHAIRA UMMAH, dan visi tentang World Class University?       
 
Visi artinya wawasan, atau pandangan yang jangkauan periode waktunya bisa panjang atau pendek tergantung kegairahan dalam upaya implementasinya. Rumusan BISMILLAH, MEMBANGUN GENERASI KHAIRA UMMAH dalam abad 21 adalah sangat tepat, dan harus tetap dihidupkan supaya menjadi daya dorong kemajuan Unissula. Pembinaan karakter dan budaya akademis yang dicontohkan oleh dosen-dosen akan mendorong mahasiswa sebagai kader penerus tradisi keilmuan akan berlanjut.

Berkaitan dengan itu, visi berikutnya adalah World Class University. Unissula harus disiapkan menjadi Cyber University yang mampu bersaing secara global, harus melakukan restorasi seperti yang dilakukan oleh Meiji di Jepang pada awal abad 20, Presiden Park Chung-hee dari Korea tahun 1970-an, Mahathir Muhammad dari Malaysia tahun 1967-1970-an, Deng Xiao Ping dari China diawal 1980-an, Rajiv Gandhi dari India pada 1990-an. Mereka melakukan pengiriman sarjana untuk mengambil advance studydi luar negeri, dan setelah mereka kembali menjadi kekuatan riset dan pengajaran yang memiliki jaringan global.

Kehadiran saya sebagai Rektor empat tahun ke depan adalah untuk ikut mendorong lebih cepat terwujudnya BudAI, di mana nilai-nilai Islam sudah dituangkan dalam visi dan misi. Sebagai ”pendatang”, bagaimana model pendekatan Bapak terhadap seluruh unsur civitas academika?

Saya selalu menjadikan perilaku Rasulullah SAW sebagai teladan, kalau saya menghadapi penyelesaian pekerjaan. Kalau keilmuan, Ali bin Abi Thalib inspirasinya. Kearifan Abu Bakar dalam menyelesaikan masalah sangat membahagiakan, dan ketegasan Umar menjadi model praktis dalam bertindak. Dalam administrasi Utsman bin Affan selalu patut ditiru. Dari semua itu, manajemen by objective, kecintaan, persahabatan, kepastian atau ketegasan diharapkan mampu menyatukan cara berpikir yang terefleksi dalam fokus kegiatan. Semua pemangku kepentingan harus dilibatkan untuk memajukan Unissula.


Semangat apa yang akan Bapak kembangkan?

Semangat persahabatan, kebersamaan, dan haus mencari ilmu melalui bacaan serta penggalian literatur baru melalui internet. Semua itu sebenarnya sudah ada dalam Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Saya ingin mengutip hadis, ”Jika ingin mencapai kesuksesan di dunia, maka raihlah dengan ilmu. Jika ingin mencapai kesuksesan di akhirat, raihlah dengan ilmu. Dan barang siapa yang ingin sukses di dunia dan akhirat, maka raihlah dengan ilmu”.

Harvested from: http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/09/07/79541/Nakhoda-Baru-Menuju-World-Class-University
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: