MALANG - Selain Surabaya, Malang Raya juga menjadi jujugan lulusan SMA sederajat untuk berburu kampus idaman. Tak hanya Perguruan Tinggi Negeri (PTN)--ada empat univesitas-- Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Kota Pelajar ini juga bejibun (banyak,Red). Bila dibandingkan, tarif PTN jalur mandiri-- banyak orang menyebutnya ‘swasta-ne negeri’—lebih mahal 30% dibanding swasta.
Untuk fakultas favorit kedokteran umum misalnya, di Universitas Brawijaya (UB) sumbangan Pengembangan Fasilitas Pendidikan (SPFP) dikenakan sebesar Rp 155 juta. Sementara di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) sedikit lebih murah yaitu sebesar Rp 100 juta untuk gelombang I dan Rp 110 juta untuk gelombang ke dua—di UMM namanya Dana Pengembangan Pendidikan (DPP).
“Pendidikan Kedokteran di kampus kami tidak kalah dengan PTN. Setiap ada ujian dokter yang digelar di Jakarta misalnya, mahasiswa kami lulus 99 persen,” ucap Kepala Humas UMM, Muhammad Nasrullah, Selasa (15/5).
Sekadar informasi, di masyarakat khususnya orantua calon mahasiswa kedokteran bisa dikatakan sebagai ‘investasi’ paling bagus bagi pendidikan anaknya. Di universitas manapun diterima untuk S1 (sarjananya) tidak masalah, sebab nantinya untuk dokter spesialis-nya tetap bisa mengambil di Universitas Airlangga (Unair), Universitas Gajah Mada (UGM) maupun Universitas Indonesia (UI).Tak hanya itu, bagi orang sakit dokter lulusan mana tak menjadi soal utama, asalkan bisa sembuh dan sehat kembali.
Namun, diakui tarif jalur mandiri memang jauh lebih mahal dibanding jalur SNMPTN. Untuk kedokteran di UB melalui jalur SNMPTN, biaya SPFP hanya dikenakan sebesar Rp 30 juta.“Semua masih sama seperti tahun lalu, hampir tidak ada perbedaan,” kata Kepala Humas UB, Susantinah Rahayu.
Untuk diketahui, pada tahun ini UB menyediakan kursi sebanyak lebih dari 13 ribu untuk calon mahasiswa baru. Dari jumlah itu, 60% diantaranya diperuntukkan calon mahasiswa baru melalui jalur SNMPTN dan jalur undangan. Sisanya, masuk melalui jalur mandiri.
Jalur mandiri ini terdiri dari Pendaftaran Penjaringan Siswa Berprestasi (PSB) Non Akademik 2012 Jalur Olah Raga atau Seni, Seleksi Penerimaan Minat dan Kemampuan (SPMK), Seleksi Penerimaan Kemitraan Daerah (SPKD), Seleksi Penerimaan Kemitraan Instansi (SPKIns), Seleksi Penerimaan Program vokasi (untuk program diploma-red).
Sementara itu Universitas Negeri Malang (UM) pada tahun ajaran 2012/2013 ini mendapat kuota terdiri dari 2.229 kursi mahasiswa melalui jalur SNMPTN dan 854 kursi. Sisanya, diperuntukkan melalui jalur mandiri antara lain jalur Bidik Misi sebanyak 266 kursi dan jalur prestasi sebanyak 588 kursi.
Terkait biaya seperti SPP bagi mahasiswa, pihak UM enggan menyebut secara pasti. Pembantu Rektor I Bidang Akademik, Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M.Pd, mengatakan, saat ini pihaknya masih menunggu kepastian dari Dirjend Dikti Kementerian Pendidikan Nasional. “Biaya kuliah saat ini masih dipetakan oleh Dikti menjadi SPP tunggal. Tiap perguruan tinggi diminta mengirim usulan SPP. Kami sudah mengirim, tinggal menunggu keputusan Dikti,” kata Hendyat.
Menurutnya, beberapa saat lalu pihak Dikti meminta perguruan tinggi mengirim segala tarikan atau iuran yang biasa dikenakan kepada mahasiswa. Iuran kebutuhan selama kuliah kemudian dikalkulasi menjadi satu dan dibagi jumlah mahasiswa. Sehingga nanti ada satu biaya saja yang dikenakan kepada mahasiswa baru. “Diistilahkan menjadi SPP tunggal. Kami sudah mengirim data itu, tinggal menunggu surat keputusan menteri,” papar Hendyat.
Namun, bila sampai tahun ajaran baru dimulai belum juga ada SK Menteri Pendidikan, maka SPP tetap menggunakan angka yang lama. Sayangnya, Hendyat mengaku tidak tahu persis sumbangan pendidikan yang dikenakan kampusnya.
Di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), sebanyak 4.171 calon mahasiswa baru (maba) sudah mendaftar pada gelombang pertama. Dari jumlah itu, 2.220 calon maba diantaranya melamar melalui jalur PMDK yang dibuka sejak 19 Desember 2011 – 13 April 2012. Juga sebanyak 1.951 calon maba mendaftar melalui jalur reguler tes tulis yang mendaftar sejak 12 Maret – 12 Mei tahun ini.
Secara umum, pada tahun ajaran baru ini UMM menyiapkan kursi untuk maba sebanyak 8.700 kursi. “Kami tidak pernah takut kalah bersaing dengan PTN. Tingginya minat calon mahasiswa baru yang sekarang sudah mendaftar adalah bukti. Padahal juga berbarengan dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri,” kata Nasrullah.
Kesiapan bersaing dengan universitas negeri juga ditunjukkan Universitas Ma Chung. PTS yang berada di kompleks Perumahan Puncak Tidar ini bahkan menyiapkan beasiswa penuh bagi mahasiswa yang lolos seleksi. Seleksi yang diterapkan juga bukan ujian tulis, hanya seleksi berdasarkan nilai raport mulai kelas 10 – kelas 12.
“Mulai tahun ini, kami tidak lagi menggunakan tes tulis. Tapi seleksi berdasarkan nilai rata-rata sejak kelas 10 – kelas 12. Kalau lulus, mahasiswa mendapat beasiswa penuh selama empat tahun,” kata Ratna Kristina, Humas Universitas Ma Chung.
Jika menggunakan tes tulis atau berdasarkan nilai ujian nasional (NUN), menurut Ratna, dirasa kurang memuaskan. Karena, kualitas pendidikan seseorang bisa dilihat dari nilai rata-rata di raport selama sekolah.
Universitas Ma Chung sendiri hanya menyiapkan 350 kursi untuk mahasiswa baru. Sampai saat ini, sudah ada 250 calon mahasiswa baru yang sudah mendaftar. Jika lulus seleksi berdasarkan raport untuk seleksi reguler, mahasiswa mendapat beasiswa penuh. Dibebaskan dari biaya SPP, DPP dan SKS selama empat tahun perkuliahan. Dengan SPP tiap bulan sebesar Rp 500 ribu, Rp 150 ribu per SKS dan biaya lainnya, selama empat tahun seorang mahasiswa ditaksir menghabiskan biaya sebesar Rp 60 juta.
“Kalau lulus seleksi dan bisa mempertahankan indeks prestasi minimal 3.00, mahasiswa tidak perlu membayar selama empat tahun perkuliahan, atau beasiswa penuh,” tandas Ratna.zar