Dirjen Dikdasmen Kemendikbud RI, Hamid Muhammad, saat memberikan orasi ilmiah dalam wisuda UMM periode III, di DOME, Sabtu (27/8/2016).
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud RI, Hamid Muhammad, memberikan orasi ilmiah dalam Wisuda di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), periode III tahun 2016, di Dome, Sabtu (27/8/2016).
Dalam orasinya, Hamid mengatakan beberapa hal yang menjadi permasalahan di dunia pendidikan. Satu di antaranya, ialah masalah literasi. Ia mengatakan sejauh ini aspek literasi dan penguasaan kompetensi siswa dirasa masih sangat minim.
"Laporan yang saya dapat, tepatnya dari Unesco, hanya ada satu siswa saja dari 1000 siswa yang suka membaca. Ini artinya masih belum terealisasi secara menyeluruh," tutur dia.
Oleh karena itu, ia menegaskan agar semua bersama-sama dalam mengkampanyekan kembali dan mendorong gerakan literasi. Baik itu di sekolah, lembaga, lingkungan keluarga.
Tak hanya itu saja hal yang perlu diperhatikan. Ia juga menyebut bahwa kebijakan yang saat ini sedang disiapkan ialah mengatasi permasalahan overload di sekolah kejuruan. Ia mengharapkan, kejuruan dan vokasi bisa menjadi tombak utama bagi pengurangan jumlah pengangguran.
"Laporan BPS, angka pengangguran memang secara prosentase menurun, tetapi secara faktual tidak ada perubahan. Bahkan, kontribusi terbesar dari angka pengangguran itu ialah SMK," imbuh dia.
Ia menyebut, ada tiga hal persoalan SMK, yakni banyak jurusan yang mismatch atau tidak sesuai kebutuhan industri. Hamid mencontohkan di Surabaya dan sekitarnya termasuk Malang, ada 40 persen lebih jurusan yang tidak dibutuhkan industri. Hal ini terjadi di seluruh SMK se Indonesia.
"Permasalahannya tak sampai di situ saja, terjadinya over penerimaan siswa baru pada jurusan TIK menjadi masalah meningkatknya angka pengangguran. Yang dibutuhkan industri dari jurusan TIK tak lebih hanya 150 ribu saja setiap tahunnya, sedangkan siswa TIK hampit 1 juta. Kan tidak seimbang," ungkapnya.
Serta permasalahan yang terakhir ialah, dari 141 jurusan, hanya 35 persen saja yang terakreditasi A. Dalam hal ini ia sangat mendorong kepada para wisudawan dari semua Perguruan Tinggi, agar mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang sesuan dengan kebutuhan di lapangan.
"Nanti akan ada pemetaan jurusan. Jadi jurusan yang overload akan ditata kembali," pungkas dia.