Bukan Mi Ayam

Author : Humas | Tuesday, October 20, 2009 08:38 WIB | Surya - Surya

Oleh MN Misbahuddin
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

HEBOH Maria Ozawa atau Miyabi beberapa pekan belakangan ini banyak menghiasi media cetak maupun elektronik. Maklum, Miyabi adalah artis yang banyak menyita perhatian kaum adam sejagat, karena kemolekan tubuh serta kecantikan parasnya sehingga pria mana yang tidak ingin mengoleksi aksi-aksi bintang blasteran Prancis-Jepang ini.
Tidak heran jika berita kedatangannya ke Indonesia banyak menuai protes dan kecaman
dari berbagai kalangan masyarakat. Yang membuat heran, alasan yang tidak dimasuk akal mengapa Miyabi harus diprotes serta dilarang ke Indonesia.
Logikanya, dia tamu yang akan datang karena telah dikontrak secara profesional oleh salah satu production host untuk memerankan sebuah film komedi. Lucu sekali, wong kita belum melihat adegan apa yang mau diperankan kok sudah berprasangka buruk.
Kadang kita ini sebagai bangsa yang besar namun seolah-olah menjadi kerdil akibat cara berpikir yang pendek. Sering kali masyarakat di Indonesia memandang sesuatu itu dari tampilan luarnya, namun tidak mencoba menghayati dan memahami substansi dari sesuatu akibatnya segala sesuatunya menjadi salah kaprah. Persoalan kedatangan miyabi hanya di lihat dari sisi manusianya saja tidak mencoba untuk dipandang dari sudut pandang yang lain.

Misalnya, ketika kita makan mi ayam, yang terbesit di pikiran hanya rasa mi ayam yang menggoyang lidah, tidak dipikirkan bagaimana cara membuatnya, sehingga rasanya menjadi enak dan lezat kemudian bahan-bahannya dari apa saja.

Namun Miyabi bukanlah mi ayam, yang terbesit di pikiran hanya seorang bintang porno cantik yang setiap bulannya menghasilkan satu film porno. Tapi, lebih dari itu untuk apa kedatangannya ke Indonesia serta keprofesionalannya dalam melakukan suatu pekerjaan dengan kontrak yang ada.
Indonesia sebagai bangsa dengan adat ketimurannya dalam menilai seseorang bukan hanya pada tampilan luar namun lebih jauh lagi yaitu setiap orang pasti punya iktikat yang baik. Apakah Miyabi datang ke Indonesia untuk membuat film panas? Tidak juga, kita belum tahu seperti apa nantinya.
Bukankah di Indonesia sudah ada lembaga sensor film yang telah mempunyai spesifikasi kategori mana yang dapat merusak moral bangsa dan mana yang baik untuk moral. Sudah seharusnya ini menjadi pelajaran moral dan filter bagi kedewasaan berpikir kita bersama bahwa segala sesuatu itu jangan dilihat sepotong-sepotong. Harus kita analisa secara komprehensif agar dalam memutuskan sesuatu hal tidak tergesa-gesa yang hasilnya malah nihil dan menimbulkan keresahan di masyarakat.

Harvested from: http://www.surya.co.id/2009/10/20/bukan-mi-ayam.html
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: