Maulidya Azzahra, Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang. SURYAMALANG.COM – Era modern tak serta-merta membuat orang hanya gemar pada hal-hal kekinian. Maulidya Azzahra, contohnya.
Perempuan yang aktif di dunia tari itu awalnya memang menekuni dunia modern dance. Seiring berjalannya waktu, minat itu mulai berpindah ke seni tari kontemporer dan tradisional.
“Tradisional lebih greget. Lebih enak saja, sih. Kesannya lebih anggun saja. Kan termasuk melestarikan budaya,” kata mahasiswi Prodi PGSD Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Maura, sapaan akrabnya, tertarik menari sejak Taman Kanak-kanak (TK). Kegemaran terhadap tari tradisional mulai tumbuh saat ia pertama masuk kuliah.
Dari awal dia memang membidik Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tari yang ada dikampusnya.
Berbagai tari tradisional dari berbagai provinsi pun sudah pernah Maura pelajarai.
“Mulai Kalimantan, Sumatera, Sulawesi,” ungkapnya.
Bahkan, tari tradisional asal China atau Tiongkok pun pernah ia pelajari. Kebetulan, saat itu ada seorang pengajar yang piawai menari khas Tiongkok yang mau mengajarinya.
Saat ini, gadis 21 tahun kelahiran Tangerang itu juga tengah mempelajari Tari Topeng Malangan.
Harapannya, seluruh ilmu tari yang ia punya bisa ditularkan kepada orang lain, terutama peserta didik saat ia mengajar kelak.
“Ada susah ada gampangnya mengajar tari anak kecil. Susahnya, saat kita mengajar serius mereka masih suka main-main. Maklum anak kecil. Gampangnya, gerakan tarian yang diajarkan juga yang simpel-simpel,” tuturnya.