SURYA.co.id |MADIUN - Ratusan mahasiswa Akademi Kebidanan (Akbid) Muhammadiyah Madiun meluruk Direktur, Rumpiati dan Pembantu Direktur (Pudir) I, Baruatun untuk segera dinonaktifkan dari jabatannya atau mengundurkan diri dari jabatannya.
Bahkan kalangan mahasiswa ini mendesak keduanya juga dicopot dari jabatannya sebagai dosen di Akbid Muhammadiyah Madiun.
Alasannya, mahasiswa yang rata-rata merupakan kalangan perempuan ini, menilai perilaku Direktur dan Pudir I tidak mencerminkan sebagai pimpinan yang layak memimpin ratusan mahasiswa di kampus baru berlantai 3 itu.
Dalam aksinya itu, mahasiswa membawa sejumlah poster bertuliskan kecaman diantaranya Turunkan Direktur dan Pudir I Sekarang, Mahasiswa Bersatu Tak Bisa Dikalahkan, Kemana Keadilan yang Harus Diberikan Kepada Kami, Jangan Mencari Kehidupan di Muhammadiyah Tapi Hidupkan Muhammadiyah, dan Kami Butuh Pemimpin yang Jujur.
"Kami mendesak Direktur dan Pudir I dinonaktifkan dari jabatannya sebagai Direktur dan Pembantu Direktur I termasuk jabatannya sebagai dosen Akbid Muhammadiyah Madiun," terang Koodinator Lapangan (Korlap) Aksi, Nike Tri Anggraini kepada Surya, Senin (09/02).
Sejumlah pernyataan sikap itu diantaranya, soal penarikan biaya yang sangat tinggi dibandingkan perguruan lainnya, jadwal akademik tidak sesuai dengan agenda yang ada di kalender akademik, dalam memberikan kebijakan terlalu semena-mena dan otoriter, serta kalau mahasiswa bicara (menyampaikan) aspirasi Pudir 1 selalu menge-judge (mengklaim) mahasiswa terlebih dahulu, tanpa mendengarkan dahulu perkataan mahasiswa.
"Contohnya, misalnya untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL), kami ditarik Rp 2,250 juta, padahal pada perguruan tinggi lainnya hanya dikenai Rp 900.000 per mahasiswa. Biayanya dua kali lipat lebih dibanding perguruan lainnya. Belum tambahan biaya praktek bidan, biaya makan dan penempatan PKL," imbuhnya.