Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ns Zaqqi Ubaidillah MKep Sp Kep MB
SURYAMALANG.COM|MALANG-Makin maraknya aneka makanan dan minuman kekinian yang serba manis seperti boba, kopi susu, makanan cepat saji, roti manis hingga kue kekinian menarik perhatian Dosen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ns Zaqqi Ubaidillah MKep Sp Kep MB.
Dijelaskan, dalam angka panjangnya, makanan dan minuman manis yang rutin dikonsumsi dalam jangka panjang bisa memicu obesitas.
"Dan kemudian berujung pada penyakit diabetes," kata Zaqqi, Rabu (5/4/2023) dalam rilis humas UMM. Dijelaskan, diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak dapat menghasilkan atau menggunakan hormon insulin secara efisien. Padahal hormon sangat penting karena berfungsi mengatur kadar gula darah dalam tubuh.
Peluang menderita diabetes meningkat karena minuman berglukosa tinggi meningkatkan radikal bebas dalam tubuh. Selain itu juga menyebabkan toxic glukosa yang dapat merusak sel beta pankreas. Sedang sel ini memiliki tugas penting untuk mengeluarkan insulin," tambah perawat spesialis medikal bedah UMM itu.
Dikatakan, makanan atau minuman yang tinggi gula juga dapat merusak endotel pembuluh darah yangg dapat mengakibatkan aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah. Mengutip penelitian dari International Diabetes Federation, diprediksi pada 2030 Indonesia akan menjadi peringkat enam negara dengan penderita diabetes terbanyak.
"Kebiasaan jajan minuman kekinian tersebut kian tak sehat apabila ditunjang pola makan tinggi kalori. Di antaranya nasi goreng, mi goreng, nasi uduk, nasi padang, makanan cepat saji, dan makanan berpengawet lainnya. Pun dengan kebiasaan menambah rasa dan toping pada makanan dan minuman," paparnya.
Aneka minuman kemasan, termasuk jus dan minuman berkarbonasi lainnya juga mengandung kadar gula yang cukup tinggi. Bahkan melebihi dari kebutuhan harian maksimal orang dewasa. Meski begitu, masyarakat tidak diperbolehkan mengonsumsi makanan atau minuman itu secara rutin. Namun bisa membatasinya. Misalkan mencoba dan mencicipi makanan kekinian diperbolehkan asal sesuai takaran.
Sebaiknya juga mengajak masyarakat untuk memahami kandungan yang ada di dalam berbagai makanan, seperti nilai gizi di kemasan. Dengan begitu, mereka bisa mengatur makanan apa saja yang bisa dimakan secara rutin dan makanan mana saja yang harus dibatasi. Sebaiknya juga masyarakat memperbanyak konsumsi sayur dan buah. Pun dengan minuman yang mengandung nol kalori seperti air putih, kopi, serta teh tanpa gula.