Yunan Syaifullah SE MSc, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bicara soal Piala Dunia 2022 diadakan di Qatar dari sudut pandang ekonomi pembangunan. | dok. UMM
SURYAMALANG.COM|MALANG- Qatar, negara terkaya sebagai produsen minyak ini terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.
Dari pandangan Yunan Syaifullah SE MSc, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjelaskan Qatar merupakan pelaku ekonomi besar di wilayah Timur Tengah.
Pertumbuhan ekonomi 6,3 persen dan Gross Domestic Product (GDP) mencapai 176 miliar dollar AS.
"Jika dilihat dari teori pembangunan, keputusan Qatar sebagi tuan rumah perhelatan sepak bola yang diadakan setiap empat tahun sekali ini disebut teori terbalik," kataunan, Senin (21/11/2022) dalam rilis humas UMM.
Dikatakan, pada dasarnya setiap negara yang menjadi tuan rumah dalam Piala dunia akan mengalami pola yang sama dari sektor ekonomi.
Semisal peningkatan pendapatan di industri travelling baik dari transportasi maupun perhotelan. Selain itu juga membuka pasar baru di bidang merch atau brand global seperti Adidas, Nike, Puma dll.
Qatar juga menggelontorkan dana paling besar sepanjang sejarah Piala Dunia, yakni senilai 200 Miliar dollar AS.
Biaya yang fantastis itu sebagai pembuktian antitesa teori-teori pembangunan. Bahwa negara yang dianggap kecil juga bisa ikut andil dalam ekonomi dunia.
Maka jika dilihat dari teori rasionalitas ekonomi, banyaknya dana yang dikeluarkan Qatar di Piala Dunia itu berdasarkan pada ego dan kepentingan.
"Sebab Qatar sebagai pelaku ekonomi tidak hanya memiliki tujuan di aspek ekonomi saja, tapi juga beriringan dengan kepentingan lain seperti politik,” terang Yunan.
Maka Piala Dunia dianggap sebagai kesempatan bagi negara yang tidak diperhitungkan sebelumnya.
Apalagi melihat ada sederet negara besar yang gagal melaju ke putaran final Piala Dunia. Hal itu dikarenakan munculnya kejutan dari negara yang tidak memiliki tradisi sepakbola.
Sumber: Surya Malang
