TIPS Deteksi Dini Gagal Ginjal Pada Anak Lewat Jumlah Urin, Ganti dan Perhatikan Popok Tiap 6-8 Jam

Author : Humas | Saturday, October 22, 2022 18:27 WIB | SuryaMalang.com -

dr Pertiwi Febriani Chandrawati, Sp.A

dr Pertiwi Febriani Chandrawati, Sp.A

SURYAMALANG.COM, BATU - Kasus gangguan gagal ginjal akut pada anak kini menjadi sorotan setelah menjadi penyebab kematian pada pasien anak. Upaya pencegahan pun kini wajib diketahui para orangtua.

Dokter spesialis Anak Universitas Muhammadiyah Malang, dr Pertiwi Febriani Chandrawati, Sp.A berbagi pengetahuan dan upaya pencegahan dini yang perlu diketahui para orangtua.

Melalui keterangan resmi yang dikeluarkan Humas Universitas Muhammadiyah Malang, Sabtu (22/10/2022), Pertiwi mengingatkan pentingnya memperhatikan volume kencing anak untuk saat ini.

Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UMM tersebut mengimbau agar para orangtua memperhatikan jumlah air kencing anak.

Penyakit gagal ginjal menyebabkan peningkatan kreatin, yaitu penurunan fungsi darah disertai penurunan urin.

Bahkan dalam beberapa kasus, urin tidak keluar sama sekali.

Menurut data dari Kemenkes, ada dua kriteria yang disebut suspek gangguan ginjal pada anak, yaitu Oliguria dan Anuria. 

“Oliguria adalah kencing sedikit selama 6 hingga 8 jam. Jadi untuk untuk orang tua yang memiliki anak satu tahun, berarti setidaknya 6-8 jam harus ganti pampers. Kalau ternyata setelah dicek pampernya kencingnya masih sedikit, berarti harus hati-hati, karena bisa jadi itu terkena Oliguria," papar dr Pertiwi Febriani Chandrawati, Sp.A , Sabtu (22/10/2022). 

Sementara Anuria yakni tidak adanya kencing dalam waktu 12 jam atau lebih. Kondisi ini juga harus diwaspadai karena bisa mengarah pada gangguan ginjal.

Pertiwi berpendapat, hubungan sirop atau obat yang berbentuk cair pasti mempunyai bahan pelarut.

Pelarut yang aman digunakan adalah polyethylene glycol atau polyethylene oxide

Keduanya memiliki batas aman sesuai standar internasional dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). 

Ada juga pelarut yang tidak diperkenankan penggunaannya ke manusia, yakni ethylene glycol dan diethylene glycol.

“Ethylene glycol atau diethylene glycol adalah pelarut yang biasanya digunakan untuk industri, bukan manusia. Efek sampingnya jika dikonsumsi oleh anak-anak akan membuat mereka pusing kepala, muntah dan kemungkinan terparahnya adalah gangguan ginjal, ” terang Pertiwi.

Berkaca dari kasus negara Gambia, di sana telah dipastikan ada beberapa obat sirop yang menggunakan pelarut terlarang dan mengakibatkan gagal ginjal.

Sebagai tindakan preventif, Pertiwi mengimbau para orang tua untuk sementara tidak memberi obat sirup kepada anak. 

Hal tersebut juga senada dengan yang dianjurkan oleh BPOM, Kemenkes dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Sebagai gantinya, ia menyarankan untuk menggunakan obat puyer. 

“Agar anak mau meminum obat puyer, bisa menggunakan pemanis buatan sendiri. Baik itu berupa gula atau teh manis. Dua langkah itu cukup efektif untuk sementara waktu,” sarannya. 

Di samping itu, Pertiwi juga memberi solusi kepada orang tua yang ingin menjaga kesehatan anak-anaknya ataupun ketika sakit.

Misalnya jika demam, langkah yang bisa diambil adalah dengan mengecek menggunakan termometer. 

“Jika demamnya di bawah 38 derajat, jangan terburu-buru diberi obat. Minum dulu yang banyak agar kencingnya banyak dan panasnya turun. Tapi jika sudah mencapai 39-40 derajat celcius, segera bawa ke dokter terdekat,” tutur dokter yang juga Kepala SMF Anak dan Perinatologi RS UMM ini.

Ia juga menyarankan agar rutin  berjemur di pagi hari, mengatur pola tidur, mengonsumsi makanan yang bergizi hingga meminum vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.

Hal ini bisa dilakukan untuk anak maupun orang dewasa. 

Harvested from: https://suryamalang.tribunnews.com/amp/2022/10/22/tips-deteksi-dini-gagal-ginjal-pada-anak-lewat-jumlah-urin-ganti-dan-perhatikan-popok-tiap-6-8-jam?page=2
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: