TABLOIDMATAHATI.COM, MALANG-Warga binaan yang berada di lembaga pemasyarakat (lapas) masih saja dicap negatif oleh sebagian orang. Stigma tersebut juga masih melekat sekalipun mereka bebas dari lapas. Hal tersebut membuat mantan warga binaan kesusahan untuk mendapat pekerjaan dan bertahan hidup.
Hal itu mendorong inisiatif sederet mahasiswa PKM-PM prodi Akuakultur Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka melakukan pendampingan di lapas kelas satu Malang dan mengajari cara budidaya ikan lele yang bisa menjadi alternatif pekerjaan saat warga binaan menyelesaikan masa hukumannya. Adapun tim ini terdiri dari Putri Ramadhani, Phobie Yolasica Irawan, Fathimatuz Zahroh, Moh. Ilham Wahyudi dan Maulana Zaky Ghifari.
Salah satu anggota kelompok, Putri, mengatakan program tersebut berupa pembekalan usaha budidaya ikan lele dengan teknologi resirkulasi akuakultur sistem dan budidaya pakan alami. Harapannya, kegiatan ini bisa membantu perekonomian para narapidana nantinya.
“Program ini sudah berjalan dari bulan Juni lalu dan akan berakhir di bulan September. Selain untuk menunjang perekonomian di lapas, besar harapan program ini bisa menjadi keterampilan baru dan bekal bagi mereka untuk membuat usaha ketika nantinya mereka bebas,” ungkap Putri.
Budidaya ikan lele ini dipilih karena ikan lele merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki potensi budidaya yang tinggi dengan kandungan protein ikan lele yang tergolong bagus yaitu 19,09%. Selain itu, ikan lele juga sangat mudah dibudidayakan dan ditemui di pasaran.
“Faktor penentu keberhasilan utama dari budidaya ikan yaitu pakan. Maka, di program ini, kami juga melakukan pelatihan untuk memberikan pakan alami berupa kutu air (daphnia sp.) dan cacing sutera (tubifex sp.) yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi. Dengan pemberian pakan alami, biayayang dikeluarkan juga dapat ditekan,” jelas Putri.
Mereka menambahkan teknologi Resirkulasi Akuakultur Sistem (RAS) yang memiliki keunggulan untuk memanfaatkan sistem sirkulasi air kolam. Yakni dengan menggunakan kembali air sebagai budidaya habitat air, sehingga dapat mengurangi penggunaan air dari luar sistem.
“Alhamdulillah, program kami juga mendapatkan pendanaan dari pemerintah. Kami juga menyediakan buku perikanan agar mereka bisa terus belajar,” tegasnya.
Di sisi lain, petugas lapas maupun para warga binaan mengapresiasi dan bersemangat untuk mengikut serangkaian aktivitas yang ada. Mereka menilai, program seperti ini sangat bermanfaat untuk menambah skill dan alternatif pekerjaan saat nanti bebas. Jadi tidak hanya bergantung pada pekerjaan yang lain. (rilis: humas umm/editor: hamara)