TEMPO.CO, Malang -Sebanyak 15 jurnalis mengikuti pelatihan jurnalistik yang digelar Konsulat Jenderal Amerika dan Voice of America (VoA) di American Corner, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Pelatihan ini sebagai bentuk kerja sama pemerintah Indonesia dan Amerika.
"Jurnalis Amerika berbagi pengalaman dengan jurnalis Indonesia," kata juru bicara Konjen Amerika di Surabaya, Andrew M. Veveiros, Senin, 10 Maret 2013.
Pelatihan ini menghadirkan jurnalis berpengalaman dari Broadcasting Board of Governors, Inna Dubinsky, dan Kepala VoA Indonesia Frans Demon. Mereka berpengalaman dalam liputan investigasi, konflik, dan bencana alam di berbagai negara. Pelatihan juga membahas kode etik.
Diharapkan pengalaman ini meningkatkan profesionalisme jurnalis di Indonesia. Serta mendorong jurnalis menjaga independensi dan menggali liputan investigasi yang bisa diterapkan di setiap media massa.
Andrew menjelaskan pelatihan dilaksanakan di empat kota di Indonesia, meliputi Malang, Surabaya, Jakarta, dan Padang. Selain itu, diselenggarakan pelatihan serupa di Timor Leste. Kegiatan ini sekaligus untuk meningkatkan kerja sama bilateral.
Inna mengatakan berbagai persiapan dan bekal saat liputan investigasi. Selain itu, jurnalis di Indonesia harus siap siaga melakukan liputan bencana alam, seperti bencana letusan Gunung Kelud, Merapi, dan Sinabung. "Indonesia merupakan daerah rawan bencana," katanya.
Menurut Frans, meski dibiayai oleh pemerintah Amerika, VoA tetap kritis terhadap kebijakan pemerintah. Sikap tersebut dituangkan dalam piagam VoA yang memberikan independensi terhadap jurnalisnya. "Undang-undang juga menjamin independensi dan netralitas kami," kata Frans.
VoA, kata dia, mengudara di Indonesia sejak 1943. Sujono merupakan penyiar yang pertama kali bersiaran di Indonesia. Kini VoA telah bekerja sama dengan 500 radio di seluruh Indonesia, 40 televisi lokal, dan sembilan televisi nasional. Dengan total pendengar dan pemirsa mencapai 28 juta orang per pekan.
