Psikologi UMM Tangani Ratusan Korban Tragedi Stadion Kanjuruhan

Author : Humas | Friday, October 14, 2022 22:30 WIB | tempo.co -

Andi Hariyanto, seorang suami yang kehilangan istri dan dua anak angkatnya dalam kerusuhan setelah pertandingan sepak bola antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di stadion Kanjuruhan, menggendong putranya Gean Putra Hariyanto, di rumahnya di Malang, Provinsi Jawa Timur, 4 Oktober 2022. Andi, sambil menggendong putranya, saat tribun ditembakan air mata saat terpisah dari istri dan putrinya saat berhasil mendapatkan bantuan medis. REUTERS/Willy Kurniawan

TEMPO.CO, MALANG — Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengerahkan 42 dosen dan 32 relawan mahasiswa Psikologi untuk memulihkan trauma para korban yang selamat dari tragedi Stadion Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober lalu.

Pelayanan konseling dibuka Psikologi UMM sejak Ahad, 2 Oktober 2022, atau satu hari setelah tragedi dan berlangsung hingga akhir Oktober nanti. Layanan ini dibuka secara hotline dengan menyebar pamflet melalui media sosial untuk menjangkau korban yang membutuhkan pertolongan psikologi.

“Alhamdulillah, hingga Kamis pukul 19 kemarin tertangani 109 orang dan hingga sore ini laporan yang masuk sudah ada 130 korban yang kami tangani bersama stakeholders lain. Jadi bukan hanya psikolog saja yang dilibatkan, pihak lain yang bukan psikolog pun banyak membantu,” kata Dekan Fakultas Psikologi UMM Muhammad Salis Yuniardi kepada Tempo, Jumat, 14 Oktober 2022.

Salis mengatakan Fakultas Psikologi UMM bermitra dengan banyak pihak untuk menolong para korban Kanjuruhan antara lain dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Malang, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Pemerintah Kabupaten Malang, perguruan tinggi (Universitas Brawijaya, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, dan Universitas Merdeka), Pusat Penanggulangan Bencana Muhammadiyah atau Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Save the Children, dan sejumlah koordinator wilayah Aremania (suporter klub Arema).

Di hari-hari pertama pasca-kejadian, layanan psikososial susah masuk ke masyarakat lantaran pelbagai elemen masyarakat masih sibuk mengidentifikasi jenazah dan mengobati korban yang luka-luka dan dirawat di sejumlah rumah sakit. Pendirian pos koordinasi (posko) layanan psikososial di rumah sakit juga tidak memungkinkan karena hanya akan menambah kepadatan.

“Melihat kondisi itulah kami berusaha menjangkau korban menggunakan layanan hotline, tapi kemudian bentuk layanan dikembangkan lagi sehingga tidak hanya mengandalkan sistem hotline,” kata Salis, Ketua HIMPSI Malang.

Selain mengandalkan nomor hotline (saluran siaga) yang tertera di pamflet, para penyintas dan keluarganya dapat langsung hadir di posko yang dipusatkan di aula Masjid AR Fachruddin lantai dua. Petugas pelayanan juga siap mendatangi rumah korban atau home visit.

“Langkah ketiga yang kami lakukan adalah dengan menerjunkan para relawan ke rumah-rumah korban untuk pendampingan psikososial. Hal ini kami lakukan untuk menjangkau korban lain yang tidak dapat tergapai oleh hotline dan posko,” ujar Salis.

Posko layanan psikososial alias posko trauma support mobility baru bisa dibuat setelah kejadian. Petugas di posko memberikan pendampingan berdasarkan dua klaster, yaitu korban yang mengalami langsung kejadian, serta korban yang berduka akibat wafatnya orang tersayang (grieving).

Menurut Salis, mayoritas para korban yang ditangani adalah penyintas dari tragedi Kanjuruhan, seperti suporter, panitia, hingga relawan kesehatan, mulai usia remaja hingga dewasa madya (usia 50 tahun). “Korban terbanyak yang ditangani adalah korban berusia anak atau remaja karena memang diprioritaskan, serta usia dewasa awal dengan kisaran usia 20-30 tahunan," ujarnya.

Mereka mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD) pasca-insiden dengan gejala yang variatif, seperti kesulitan tidur dan didera ingatan traumatik. Pada sebagian klien, rasa trauma bisa tertangani melalui satu sesi psychological first aid atau (PFA) dan lanjut konseling, dengan durasi 1 sampai 1,5 jam. Sebagian korban lainnya masih memerlukan layanan lanjutan dan sampai di sini peran keluarga dan komunitas diperlukan untuk memberi dukungan.

Meski layanan psikologi dijadwalkan berlangsung sampai akhir bulan ini, tidak tertutup kemungkinan masa pelayanan diperpanjang sesuai kondisi dan kebutuhan.

Harvested from: https://tekno.tempo.co/read/1645458/psikologi-umm-tangani-ratusan-korban-tragedi-stadion-kanjuruhan
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: