Ratusan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Nobar Film Buya Hamka

Author : Humas | Monday, April 10, 2023 13:16 WIB | tempo.co -

Suasana di dalam Studi 3 Bioskop Cinepolis Cinemas, Kota Malang, seusai gala premiere film Buya Hamka volume pertama, Ahad petang, 9 April 2023. Penontonnya adalah mahasiswa, dosen, dan pegawai Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang TEMPO/Abdi Purmono

TEMPO.COMalang - Pemutaran film Buya Hamka turut dihadiri oleh ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ahad, 9 April 2023. Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi Fisip UMM Nasrullah mengatakan, nonton bareng atau nobar film Buya Hamka ini merupakan bagian dari apresiasi tinggi UMM terhadap karya film-film Indonesia yang bermutu.

Kesan Mahasiswa UMM terhadap Film Buya Hamka

Divi Balqis Maharani sedikit terlambat memasuki Studio 3 bioskop Cinepolis Cinemas di lantai empat pusat perbelanjaan Malang Town Square alias Matos. Film Buya Hamka sudah berjalan sekitar dua menit saat Divi menempati kursi nomor B6. Dia duduk di sebelah Novandha. Sesekali terdengar Divi dan Novandha mengomentari jalannya film. Bahkan, Divi sempat menyeletuk bahwa dia baru tahu nama belakang Buya Hamka adalah akronim nama diri Haji Abdul Malik Karim Amrullah.

Ternyata, Divi sangat terbawa perasaan ketika Hisyam Hamka, anak pertama sejoli Buya Hamka dan Siti Raham, wafat dalam usia lima tahun. Hampir sepanjang film Divi menangis sesenggukan hingga dia beberapa kali menyeka air mata dan mengelap air hidung. Keharuan begitu mendalam juga menyergap sejumlah penonton perempuan hingga tersedu-sedu.

“Saya sangat tersentuh oleh keindahan tutur kata dari Buya Hamka. Kehangatan dan keharmonisan keluarganya pun sangat jadi pandangan dan teladan,” kata Divi, gadis asal Timika, Ibu Kota Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, kepada Tempo, Ahad petang, 9 April 2023.

Novandha pun merasa terharu, namun tidak sampai tersedan-sedan. Sebelum menonton filmnya, gadis yang berasal dari Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, ini lebih dulu mencari informasi tentang Buya Hamka lewat Google.

“Saya juga dapatkan cerita tentang Buya Hamka dari orangtua dan guru di sekolah dulu. Saya dari keluarga NU (Nahdlatul Ulama) dan tidak masalah bagi saya menonton film Buya Hamka yang terkenal sebagai tokoh Muhammadiyah,” ujar Novandha.

Divi dan Novandha tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang (Fisip UMM). Masing-masing dari angkatan 2021 dan 2022.

Keduanya bagian dari ratusan warga Fisip UMM yang nobar pertunjukan besar dan perdana alias gala premiere film Buya Hamka tersebut. Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi angkatan 2021 dan 2022 memang mendominasi, ditambah sejumlah dosen dan pegawai Fisip UMM datang bersama istri dan anak-anaknya.

Tiket Nonton Film Buya Hamka Ludes

Menurut Deny K, penjaga gerai penjualan tiket Cinepolis Cinemas, seluruh tiket seharga Rp 45 ribu habis terjual. Total, ada 424 orang penonton yang tersebar di Studio 1, Studio 2, dan Studio 3. Melihat antusiasme penonton, Deny optimistis film Buya Hamka juga laris manis saat resmi tayang perdana 20 April nanti.

Tingginya animo penonton sudah terlihat satu jam sebelum film diputar. Ratusan mahasiswa berkaus maupun berkemeja warna putih, tema busana atau dress code yang sudah ditentukan, memadati area depan pintu masuk bioskop hingga area gerai penjualan tiket.

Hampir seluruh penonton menyempatkan diri berfoto di depan poster besar film Buya Hamka maupun di depan replika rumah gadang, rumah khas Minangkabau yang atapnya bergonjong, biasanya memiliki dua rangkiang di depannya, dan replika Jam Gadang, menara jam yang jadi tengara/penanda alias landmark Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat, didamping sepasang pemuda-pemudi berpakaian adat Minangkabau.

Bukan cuma berfoto, mereka pun diarahkan tim promosi film untuk menyerukan ajakan menonton film Buya Hamka yang diakhiri dengan teriakan panjang “rancak bana” (bagus benar). Ada pula sesi pemberian testimoni. Menariknya lagi, semua penonton mendapat satu eksemplar novel berjudul Buya Hamka karya Ahmad Fuadi, mantan wartawan Tempo.

Film Buya Hamka Punya Kedekatan Emosional dengan UMM

Program Studi Ilmu Komunikasi UMM amat bersemangat diajak salah satu lembaga penyelenggara acara atau event organizer untuk nobar gala premiere film Buya Hamka karena film tersebut bisa dikaji dalam perspektif mata kuliah Dasar-dasar Komunikasi Audio Visual, Dasar Syuting, dan Research for Audio Visual. UMM pun mempunyai kelompok studi sinematografi bernama Kine Klub.

Film Buya Hamka sangat pantas ditonton bukan hanya karena punya kedekatan emosional dengan UMM sebagai perguruan tinggi Muhammadiyah, tapi juga untuk menghargai kerja keras tim produksi yang menghasilkan sebuah film biopik yang sangat bermutu dan mengesankan dari sisi alur cerita, akting, maupun sinematografinya. Apalagi film Buya Hamka jadi salah satu film berbiaya terbesar dalam sejarah perfilman Indonesia.

Selain buku, kata Nasrullah, film adalah media paling bagus untuk mengenalkan sejarah. Lewat film, penghayatan sejarah ketokohan Buya Hamka lebih imajinatif, mengena, dan tidak menggurui.

Nasrullah menekankan, film yang disutradarai Fajar Bustomi tersebut sangat layak ditonton generasi milenial supaya mereka bisa mengenal lebih dekat sosok dan ketokohan Buya Hamka; agar mereka bisa meneladani keteguhan dan kegigihan Buya Hamka baik sebagai ulama, wartawan, sastrawan, sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia.

“Generasi sekarang harus tahu bahwa untuk jadi bangsa besar, kita harus bisa mengambil bagian dari spirit perjuangan yang sudah dicontohkan Buya Hamka. Jangan sampai generasi sekarang jadi generasi yang sukanya serba-instan, tidak tahan menjalani proses kehidupan. Pokoknya, filmnya keren bangetlah. Penceritaannya otentik dan tidak berlebihan, cocok ditonton generasi milenial,” ujar Nasrullah.

Nasrullah pribadi merasa sangat terhubung dengan film Buya Hamka bukan hanya musabab ia warga Muhammadiyah, melainkan juga karena istrinya asli beretnis Minangkabau.

Gala Premiere Film Buya Hamka di 18 Kota

Film Buya Hamka menjalani pemutaran gala premiere di 18 kota, termasuk Kota Malang, sebelum tayang serentak 20 April nanti. Pihak Falcon Pictures selaku produser film menyatakan gala premiere film Buya Hamka dilakukan setelah melihat tingginya antusiasme masyarakat yang ingin menyaksikan sosok Buya Hamka lebih dulu. Hanya penonton yang diundang yang boleh mengikuti gala premiere film Buya Hamka.

Film Buya Hamka terbagi dalam tiga volume dengan total durasi 7 jam. Film Buya Hamka volume pertama berpusat pada masa hidup Buya Hamka sebagai pengurus Muhammadiyah, sastrawan, dan wartawan, dengan kondisi keluarga yang kesusahan ekonomi akibat penjajahan Belanda dan Jepang.

Film Buya Hamka diisi banyak bintang senior dan muda, antara lain aktor Vino G. Bastian (Buya Hamka), Laudya Cynthia Bella (Siti Raham), Mathias Muchus, Cok Simbara, Ben Kasyafani, Ayu Laksmi, Donny Damara (Haji Abdul Karim Amrullah alias Haji Rasul, ayah), Dessy Ratnasari(Siti Safiyah, ibu), Ayu Laksmi, Mawar de Jongh, Bebi Tsabina, Marthino Lio, dan Donny Kesuma.

Harvested from: seleb.tempo.co/amp/1713258/ratusan-mahasiswa-universitas-muhammadiyah-malang-nobar-film-buya-hamka
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: