Merdeka Belajar, Kesenjangan Terentas Generasi Tumbuh Kreatif

Author : Humas | Monday, December 09, 2024 09:38 WIB | times indonesia. -

Bellani Nurhaliza Dyasti, Mahasiswi UMM Fakultas Hukum

Bellani Nurhaliza Dyasti, Mahasiswi UMM Fakultas Hukum

TIMESINDONESIA, MALANG – Kebijakan Merdeka Belajar yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) di era Presiden Jokowi merupakan Langkah transformasi fundamental dalam sistem pendidikan di Indonesia. 

Program ini tidak hanya sekadar merubah cara mengajar dan belajar di kelas, tetapi juga bertujuan untuk mencetak generasi muda yang siap menghadapi tantangan masa depan, baik dari sisi akademik maupun keterampilan praktis. 

Dengan memberikan kebebasan yang lebih besar kepada institusi pendidikan dan peserta didik untuk menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka, Merdeka Belajar berpotensi menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang semakin kompleks.

Apa yang Berubah di Sekolah?

Di tingkat sekolah, kebijakan ini memberikan ruang bagi siswa untuk menyesuaikan pembelajaran dengan minat dan bakat mereka. Melalui Kurikulum Merdeka, siswa tidak lagi sekadar dituntut untuk menghafal, tetapi diajak untuk memahami materi secara mendalam. Kurikulum ini menekankan pembelajaran berbasis kompetensi dan pengembangan potensi individu, dengan pendekatan yang lebih kontekstual dan relevan.

Salah satu terobosan penting adalah penerapan Project-Based Learning (PBL), di mana siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga langsung mengaplikasikan pengetahuan dalam bentuk proyek nyata. Misalnya, siswa di beberapa sekolah kini diajak untuk mengembangkan solusi terhadap isu lingkungan sekitar mereka, seperti pengelolaan sampah atau energi terbarukan. 

Metode ini memfasilitasi pembelajaran yang lebih holistik, mengasah keterampilan problem-solving, kreativitas, serta kemampuan bekerja dalam tim. Hasilnya, siswa tidak hanya menguasai materi, tetapi juga siap untuk menghadapi tantangan nyata di masyarakat.

Selain itu, kebijakan ini memberi kebebasan kepada guru untuk memilih metode pengajaran yang paling efektif sesuai dengan karakteristik siswa mereka. Hal ini berpotensi mengatasi problematika pembelajaran yang seragam dan membosankan, serta mendorong inovasi dalam proses pengajaran.

Namun, tantangan besar yang masih harus dihadapi adalah kesiapan guru dalam mengimplementasikan metode baru ini. Berdasarkan data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, hanya sekitar 40% guru di Indonesia yang terlatih secara profesional untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara efektif. Hal ini menuntut peningkatan program pelatihan dan pendampingan yang lebih intensif, baik dari pemerintah maupun lembaga pendidikan.

Kesempatan Baru untuk Mahasiswa

Di tingkat perguruan tinggi, kebijakan Merdeka Belajar diwujudkan dalam bentuk Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), sebuah program yang memberikan fleksibilitas lebih besar bagi mahasiswa untuk mengeksplorasi dunia luar kampus. Dalam program ini, mahasiswa diberikan kesempatan untuk belajar selama dua semester di luar kampus, melalui magang, studi independen, proyek sosial, atau pertukaran pelajar. 

Program MBKM bertujuan untuk memperkuat keterkaitan antara dunia pendidikan dengan dunia industri, serta memberikan pengalaman praktis yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang semakin dinamis.

Program ini sudah menunjukkan hasil positif. Data dari Kemendikbudristek menunjukkan bahwa lebih dari 500.000 mahasiswa telah terlibat dalam program magang dan kegiatan kampus merdeka lainnya pada tahun 2023. Hasilnya, banyak mahasiswa merasa lebih siap memasuki dunia kerja setelah terlibat langsung dalam berbagai kegiatan tersebut. 

Misalnya, mahasiswa ekonomi yang mengikuti magang di perusahaan ritel tidak hanya mempelajari teori bisnis, tetapi juga mengerti seluk-beluk operasional perusahaan, mulai dari manajemen inventaris hingga strategi pemasaran digital.

Namun, kendala yang dihadapi oleh program ini adalah terbatasnya kemitraan antara universitas dengan sektor industri. Meskipun banyak perusahaan yang mengakui pentingnya keterampilan praktis, mereka seringkali belum memiliki kapasitas atau struktur yang memadai untuk menjadi mitra yang efektif dalam program magang. 

Oleh karena itu, pemerintah perlu memperkuat kolaborasi antara universitas dan sektor industri, serta memberikan insentif bagi perusahaan yang berpartisipasi dalam program ini.

Tantangan yang Dihadapi 

Walaupun kebijakan Merdeka Belajar memiliki banyak potensi, program ini juga tidak lepas dari berbagai tantangan. Salah satu masalah utama adalah disparitas kualitas pendidikan antara daerah urban dan rural. Di banyak daerah terpencil, akses terhadap fasilitas dan pelatihan yang memadai untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka masih terbatas. 

Selain itu, meskipun telah ada upaya untuk memperkenalkan pendidikan berbasis teknologi, tidak semua sekolah dan kampus memiliki infrastruktur yang mendukung pembelajaran digital secara maksimal.

Di sisi universitas, belum semua kampus mampu membangun jejaring yang cukup kuat dengan dunia industri untuk memberikan kesempatan magang yang berkualitas bagi mahasiswanya. Hal ini terutama berlaku bagi perguruan tinggi yang terletak di luar kota besar, di mana peluang kerja sama dengan perusahaan sering kali lebih sedikit.

Namun, tantangan ini bukanlah hal yang tak bisa diatasi. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah melalui program Sekolah Penggerak yang membantu sekolah-sekolah di daerah kurang berkembang untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. 

Pemerintah juga telah memperkenalkan Program Studi Independen Bersertifikat yang memberikan peluang lebih banyak bagi mahasiswa untuk mengakses kursus dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri, baik secara daring maupun luring.

Menatap Masa Depan

Secara keseluruhan, kebijakan Merdeka Belajar menunjukkan bahwa pendidikan tidak perlu kaku dan monoton. Dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan berfokus pada pengembangan kompetensi serta pengalaman nyata, program ini memberikan jalan bagi siswa dan mahasiswa untuk mempersiapkan diri secara lebih komprehensif dalam menghadapi dunia kerja yang semakin kompleks dan berubah cepat. 

Namun, untuk memastikan keberhasilan program ini, kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, lembaga pendidikan, dunia industri, dan masyarakat sangatlah penting.

Hanya dengan mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan potensi penuh dari kebijakan ini, Indonesia dapat mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kreatif, mandiri, dan tangguh dalam menghadapi masa depan. (*)

Harvested from: https://timesindonesia.co.id/kopi-times-forum-mahasiswa/520893/merdeka-belajar-kesenjangan-terentas-generasi-tumbuh-kreatif
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: