Topeng raksasa hasil kolaborasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang dengan Padepokan Seni Tari Asmorobangun. (FOTO A: Aisyah for TIMES Indonesia)
TIMESINDONESIA, MALANG – Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berkolaborasi dengan Padepokan Seni Tari Asmorobangun membuat topeng raksasa berukuran 2 X 1 meter.
Topeng itu akan diletakkan di empat titik lokasi di wilayah desa Karangpandan, Pakisaji sebagai tanggung jawab sosial untuk terus melakukan aksi pelestarian budaya.
Inisiasi ini sebagai langkah lanjutan setelah kegiatan pertama mereka yaitu campaign kebudayaan di media sosial.
Pendirian dan peresmian Topeng Malangan mengusung tema Selaras 1 Suro atau momentum gebyak 1 Suro di Padepokan Seni Tari Asmorobangun.(FOTO: Aisyah for TIMES Indonesia)
"Pendirian topeng raksasa ini adalah momentum pengingat untuk para generasi Z akan warisan budaya nenek moyang leluhur bangsa serta spirit untuk para seniman topeng agar terus semangat dalam berkarya," kata Reza Desty,, salah satu anggota tim WIB (Waktu Indonesia Berkarya).
Pendirian dan peresmian Topeng Malangan ini telah berlangsung pada tanggal 23 Juli kemarin dengan mengusung tema Selaras 1 Suro atau momentum gebyak 1 Suro di Padepokan Seni Tari Asmorobangun.
Suroan ini juga diwarnai dengan Pagelaran Seni Wayang Topeng Malangan dengan Lakon Lahire Naga Tahun dengan melibatkan aktor yang memakai topeng selama pertunjukan.
Nilai moral dari Lahire Naga Tahun adalah, bahwa tahun telah berganti maka anak-anak harus baik hati, tidak keras kepala, dan tidak merugikan orang lain.
Acara ini menerapkan tradisi-tradisi terdahulu yang masih dipegang teguh oleh Padepokan Seni Tari Asmorobangun.
"Nantinya, tiga hingga empat jam sebelum kegiatan, akan ada arak-arakan Jolen atau tumpeng besar yang akan diletakkan di punden," tutur pemilik sekaligus pengelola Padepokan Seni Topeng Malangan Asmorobangun,
Tri Handoyo.
Tumpeng itu kemudian diarak dengan start dari Padepokan Seni Tari Asmorobangun dan berakhir di punden makam leluhur Asmorobangun, Sang Maestro Topeng Malangan, mendiang Mbah Karimun.
Agar kebudayaan dari warisan leluhur ini tetap lestari, perlu adanya familiarisasi secara berkala.
Pembiasaan mengenai identitas topeng malangan dikhususkan mulai dari generasi Z hingga masyarakat luas untuk menimbulkan rasa peduli budaya dan cinta tanah air.
"Jika ingin menimbulkan rasa peduli maka harus dikenali dahulu budaya sendiri," ujar Tri Handoyo.
Menurutnya, bentuk familiarisasi yang sedang dilakukan ini, salah satunya membuat identitas topeng malangan sebagai bentuk fisiknya.
Secara umum, terdapat 15 elemen beserta sterilisasinya, yang membentuk struktur topeng Malangan.
Elemen tersebut terdiri dari : Mata, Alis, Hidung, Bibir, Kumis, Jenggot, Jambang, Rambut, Urna, Hiasan, Jamang, Cula, Sumping, Isen-isen, dan Warna.
Gambaran angkara murka dan kebaikan budi dijelaskan melalui interaksi antar elemen tersebut, yang bisa dipahami sebagai pertarungan antara kebaikan dan keburukan yang lazim diceritakan dalam pewayangan.
Hiasan topeng malangan yang dipajang di sepanjang Jalan Prajurit Slamet ini merupakan implementasi berkelanjutan dari pelestarian topeng Malangan yang dicanangkan oleh tim WIB yang sebelumnya menggelar kampanye budaya di media sosial.
"Kalau sudah ada serangan udara, maka harus ditambah dengan serangan darat agar latihan lebih optimal dan efektif," kata Reza.
Menurut Reza, peluncuran hiasan topeng raksasa ini merupakan langkah jitu karena mekolaborasikan beberapa strategi edukasi komunikasi, yakni serbuan darat sebagai platform untuk mengedukasi masyarakat dan Gen Z lebih dalam lagi tentang topeng Malangan, serta Lalu serangan udara dengan kampanye budaya digital yang sedang berlangsung.
Berlokasi di Kedungmonggo, Karangpandan, Pakisaji, Malang, padepokan Seni Topeng Asmorobangun merupakan sanggar yang mempraktikkan seni dan budaya tradisional Malang.
Padepokan ini didirikan khusus untuk melestarikan kartu topeng Malangan.
Sepeninggal Mbah Karimun tahun 2010 lalu, Padepokan ini sekarang dikelola oleh keturunan langsung (generasi kelima), yaitu Tri Handoyo, selaku pemimpin.
Padepokan ini sudah ada sejak tahun 1900. Dengan menjaga kualitas produknya, Asmorobangun bisa bersaing dengan para pesaingnya dan menonjol di kalangan pecinta seni.
Selain itu, program pelestarian budaya digital ini tidak bisa berjalan tanpa dukungan bersama warga dan warga Malang Raya.
Melalui sinergi dukungan masyarakat, mereka memastikan bahwa acara tersebut memenuhi harapan dan mencapai tujuan yang dapat dicapai.
Seni Topeng Malangan, Asmorobangun merupakan sebuah sanggar yang bergerak di bidang seni dan budaya tradisional asli Malang. Tari Topeng Malangan usianya sudah 123 tahun. (*)