Pilu, Kisah Relawan Medis yang Lakukan Trauma Healing seusai Tragedi Stadion Kanjuruhan: Trauma

Author : Humas | Sunday, October 09, 2022 19:11 WIB | Tribun Jatim News -

Dewa, siswa kelas 12 SMK Muhammadiyah 1 Kota Malang adalah relawan medis yang mengalami trauma dalam tragedi Kanjuruhan. Ia menjalani trauma healing di Posko Pelayananan Psikologi UMM, Minggu (9/10/2022). Ia selama sepekan dirawat di RSI Unisma karena sakitnya antara lain kena pukulan aparat selama lima kali.

Dewa, siswa kelas 12 SMK Muhammadiyah 1 Kota Malang adalah relawan medis yang mengalami trauma dalam tragedi Kanjuruhan. Ia menjalani trauma healing di Posko Pelayananan Psikologi UMM, Minggu (9/10/2022). Ia selama sepekan dirawat di RSI Unisma karena sakitnya antara lain kena pukulan aparat selama lima kali.

Laporan wartawan Tribun Jatim Network, Sylvianita Widyawati


TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Fatih, siswa kelas 12 TKJ SMK Muhammadiyah 1 Kota Malang mendampingi Dewa, siswa kelas 12 SMK yang sama di Posko Pelayanan Psikologi UMM, Minggu (9/10/2022).

Dikatakan, Muhammad Dewa Saputra adalah relawan medis yang mengalami pukulan aparat saat Tragedi Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10/2022).

"Sebenarnya dia sudah pakai baju relawan medis dari rescue 020. Ini yang menjadikan trauma. Selain itu juga trauma karena tidak bisa menyelamatkan anak kecil dan meninggal dunia. Dia merasa bersalah," cerita awal dari Fatih, bestie Dewa pada Tribun Jatim Network, Minggu (8/10/2022).

Siswa dari program keahlian Asisten Keperawatan itu sudah lama jadi relawan medis di rescue itu. "Dia minta bantuan ke posko ini karena belum pulih psikisnya," kata dia. Dewa sempat dirawat karena kritis di RSUD Kanjuruhan pada Sabtu malam (1/10/2022) pukul 23.00 WIB sampai Minggu (2/10/2022).

Kemudian pulang dan kemudian dibawa ambulans PCNU ke RSI Unisma selama sepekan. Ia baru kembali ke rumahnya pada Sabtu sore (8/10/2022). Ia mencari bantuan psikis untuk atasi traumanya. "Saya menjalani trauma healing satu jam. Saya sharing pengalaman. Rasanya baru merasa nyaman disini. Saya diminta lebih banyak berdoa, sholat," kata Dewa pada suryamalang.com usai trauma healing di posko yang berada di lantai satu masjid kampus.

Pasca kejadian, ia tidak bisa tidur. Biasanya tidur jam 22.00 WIB menjadi tidur pukul 03.00 WIB atau pukul 04.00 WIB. Setelah itu bangun pagi jam 05.30 WIB. "Seperti orang insomnia. Saya coba cepat tidur dengan melihat HP juga gak mempan. Kalau mendengar Kanjuruhan, saya seperti melihat lagi kejadiannya," kata Dewa. Itu seperti memutar film lagi.

Ia merasa trauma karena menyaksikan sendiri banyak yang meninggal. "Saya menyelamat anak-anak itu karena khawatir terkena injakan-injakan," jelasnya. Tapi nyawanya tidak tertolong. Ia menggambarkan jika kedua tangannya bergetar saat menolong anak itu. Ia juga mengalami sobek pada mulutnya.

"Tapi saya bersihkan agar teman-teman tidak tahu saya mengalami ini," tuturnya. Bekal pukulan terasa dampaknya berikutnya. Ada luka di tengkuk. Ia ditendang aparat lima kali yang membuat ia sesak dan kejang. Padahal ia memakai baju tugas lengkap. Anak kecil yang meninggal sudah dibawa orangtuanya.

Dikatakan dia, di SMK Muhammadiyah 1 ada tujuh siswa yang terkena dampak tragedi Kanjuruhan. Dua orang luka berat dan lima orang luka ringan. "Dari pihak sekolah menyarankan agar saya pulih dulu baru kembali sekolah," ceritanya. Saat ini kegiatan sekolah masih UTS. Atas lukanya, ia perlu dirujuk ke beberapa poli termasuk syaraf.

Keluarga Dewa, menurut penuturannya memang semua relawan sosial. Atas kejadian ini, ia tidak kapok jadi relawan. "Saya akan tetap jadi relawan. Saya akan kuliah di keperawatan dan ingin mendirikan klinik buat kaum dhuafa," jawabnya. Selain relawan medis, Dewa juga aktif di yayasan yang digerakkan oleh teman ayahnya. Ia melayani medis untuk membantu lansia.

M Salis Yuniardi SPsi MPsi PhD, Dekan Psikologi UMM menambahkan jika Dewa termasuk kuat. "Dia mengalami kejadian hebat tapi juga kuat anaknya," kata Salis. Sebab mau sharing pengalaman untuk meredakan traumanya. Hal ini karena karakter tiap orang yang konsultasi beda-beda. "Ada yang perlu dipancing-pancing dulu," jawabnya.

Keinginan kuat kuliah di keperawatan untuk merealisasikan membuat klinik kelak untuk dhuafa akan dikonsultasikan pada Rektor UMM. Barangkali ada regulasi nanti jika ia ingin kuliah di UMM.

Harvested from: https://jatim.tribunnews.com/amp/2022/10/09/pilu-kisah-relawan-medis-yang-lakukan-trauma-healing-seusai-tragedi-stadion-kanjuruhan-trauma
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: