SURYA Online, MALANG – Pemanfaatan Sendang Biru di Kabupaten Malang sebagai tempat budidaya dan pengembangan industri ikan masih belum maksimal. Selain buruknya infrastruktur, penyebab lainnya adalah karena minimnya investor dan pengembangan teknologi di bidang perikanan.
Menurut Kepala Jurusan Kelautan dan Perikanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Riza Rahman Hakim Spi Msc, kawasan Sendang Biru merupakan tempat perlintasan ikan tuna di Pantai Laut Selatan yang membentang mulai dari Tulungagung hingga Banyuwangi.
"Tak heran, tangkapan nelayan disana hingga berton-ton banyaknya apabila masa panen Ikan tiba. Tapi pada kenyataannya jumlah ikan yang bisa diekspor ke daerah lain tidak pernah mencapai 60 persen,” kata Riza pada Surya, Kamis (24/4/2014).
Perkiraan ini, lanjut Riza, didapat setelah mengamati kondisi Sendang Biru sejak 2006. Ketika itu ia bersama beberapa dosen UMM mencoba membangun kawasan Sendang Biru bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (Kala itu bernama Departemen Kelautan dan Perikanan).
Ia menyatakan, nasib para nelayan disana kurang diperhatikan dan tidak diberi fasilitas yang mencukupi untuk mengelola hasil tangkapan ikan tuna, misalnya lemari pendingin ikan yang kapasitasnya tidak sampai 1 ton, stasiun SPBU juga kurang mencukupi.
“Kami sudah pernah memberi rekomendasi pada Pemerintah tapi ya tidak memberi kemajuan, walau kondisi sekarang jauh lebih baik dibanding di Tahun 2006,” kata Riza.
Persoalan tak kalah pelik lainnya yang dialami nelayan Sendang Biru, kata Riza, persoalan pengembangan teknologi perikanan yang masih kalah jauh dibanding industri seperti Otomotif, tekstil ataupun pertanian.
Itu terungkap setelah UMM menggelar Kuliah Tamu di bidang perikanan dengan mengundang Kepala Badan Litbang Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Achmad Poernomo, Kamis (24/4/2014).
Saat memberi materi bertajuk ‘Arah Kebijakan Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan Dalam Pembangunan Kelautan dan Perikanan Indonesia’, Achmad mengungkapkan kalau paten di KKP baru mencapai 20 buah pada Tahun 2013. Begitu juga dengan pengembangan teknologi perikanan yang terdaftar di KKP, saat ini baru berkisar di angka 100 buah alat.
“Memang masih jauh tapi kita harus optimistis mengejar ketertinggalan dengan bidang lain,” kata Achmad pada Surya, Kamis (24/4/2014).
Rasa optimistis itu, lanjut Achmad, tercermin dari meningkatnya jumlah ekspor ikan ke negara lain. Pada 2012, nilai ekspor ikan mencapai US$ 3,5 milyar. Jumlah ini meningkat menjadi US$ 4 Milyar di tahun berikutnya. “Tahun ini kami menarget menjadi US$ 5 Milyar,” katanya.