SURYA Online, MALANG - Tak semua pemuda memahami pentingnya memberi suara saat Pemilihan Presiden (Pilpres). Padahal jumlah pemilih pemula di Indonesia mencapai 53 juta orang. Jumlah ini merupakan sepertiga dari total pemilih di Indonesia.
Jumlah tersebut, menurut Dosen Ilmu Politik di Universitas Indonesia, Dr Khusnul Maria, sudah bisa memenangkan satu partai politik atau salah satu Capres. Tapi itu sangat sulit terjadi karena banyak pemuda tak menggunakan hak suara mereka.
“Alasannya sangat banyak, namun yang terbesar adalah mereka tidak paham apa itu untungnya mencoblos,” kata Khusnul disela kegiatan Central For Election and Political Party (CEPP) di Dome Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Selasa (10/6/2014) siang. CEPP merupakan sebuah organisasi non profit di bidang pendidikan politik.
Ucapan tersebut juga dibenarkan Kasubdit Implementasi Kebijakan Politik Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Sri Handoko Taruna. Ia mengatakan 89 persen pemilih pemula belum memahami aturan atau keputusan dari wakil rakyat di DPR, MPR, atau Presiden berpengaruh pada kehidupan masyarakat. “Survei ini kami lakukan di 33 Perguruan Tinggi sebelum Pileg (Pemilihan Legislatif) kemarin,” kata Sri pada Surya.
Ketika itu, Kemendagri bersama CEPP menggelar sosialisasi Pemilu pada para mahasiswa di 33 Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, seperti yang terjadi di Dome UMM, Selasa siang. Di sini para mahasiswa diberi pemahaman terkait politik, kebijakan politik, dan simulasi mencoblos dengan benar.
“Karena ini simulasi, kami tidak menggunakan kertas suara betulan. Hanya kertas suara rekaan yang calonnya adalah lima jenis buah-buahan seperti Mangga, Nanas atau Jeruk,” kata Sri Handoko Putra.
Cara penyampaian CEPP ini juga dibuat menarik dengan membuat forum diskusi beranggotakan 10 orang saja, dan sepanjang kegiatan juga dibumbui oleh berbagai pertunjukkan musik dari mahasiswa UMM.
Tidak hanya itu saja, sekitar 400 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Malang yang ikut dalam kegiatan bertajuk Rock The Vote di UMM ini juga turut menuliskan aspirasinya di kain putih sepanjang 50 meter. Aspirasi itu meliputi harapan mereka terhadap kehidupan Indonesia, atau pemimpin di masa mendatang.
“Kain ini akan kami pasang di depan kampus UMM sebagai bukti keaktifan para pemuda dalam Pemilu,” imbuh Yana S Priji, Ketua Pelaksana CEPP di UMM.
Yana yang bekerja sebagai Dosen Ilmu Politik UMM ini menambahkan kesadaran politik para pemuda di Indonesia semakin bertambah di tahun ini. Itu terlihat dengan meningkatnya persentase pemilih, dari yang 70 persen di tahun 2009, menjadi 75 persen di tahun 2014. Jumlah pemilih di Indonesia pada tahun ini mencapai 150 juta orang.
“Berapa jumlah pemudanya belum diketahui. Kendati demikian, foto-foto mereka setelah mencoblos kan sudah banyak beredar di internet. Ini bisa jadi indikator kalau pemilih pemula semakin besar,” katanya.
Indikator yang lain adalah para peserta CEPP menjawab kompak sudah, ketika mc menanyakan apakah mereka sudah tercatat memiliki hak pilih atau tidak. Kendati begitu, sebagian dari mereka mengaku abstain saat Pileg yang lalu. Ini disebabkan para mahasiswa kebanyakan luar kota Malang.
Salah satunya adalah Ratih Kumalasari. Mahasiswi Fakultas Ilmu Komunikasi dan Politik UMM, angkatan 2013 ini memastikan tidak akan absen saat Pilpres 9 Juli mendatang, apalagi saat itu ia juga tengah libur kuliah. ”Insyallah saya memilih. Apalagi kan pas bersamaan dengan libur kuliah,” kata Ratih Kumalasari, salah satu peserta.
Ia mengatakan akan mencoblos di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dekat rumahnya di Tulungagung. Tapi, siapa yang akan ia pilih nanti masih rahasia. “Saya masih menimbang-nimbang siapa calon yang terbaik, baik itu masa lalunya atau progam-progamnya ke depan,” katanya.