Atas kinerja profesional panitia di Unipa inilah, Rayon 142 sejak 2008 hingga sekarang dipercaya menggelar PLPG.
Sutijono menegaskan tak ingin pelaksanaan PLPG yang sudah baik di Unipa meninggalkan masalah. Utamanya menyangkut berkas dan dokumen harus benar-benar detail.
Pihaknya akan bertindak tegas bila mendapati guru yang tak layak mengikuti PLPG. Misalnya terhadap guru yang masih belum berijazah minimal S1, atau guru yang mengantongi SK palsu. Selain itu, panitia juga melihat track record para guru yang akan mengikuti PLPG.
Melatih 374 Guru
PLPG di Unipa ini merupakan tahap akhir untuk tahun ini. Kampus yang semula bernama IKIP PGRI Adibuana Surabaya ini sebenarnya akan melatih 374 orang guru yang mengikuti PLPG. Kampus ini membawahi pelatihan guru dari wilayah Madura, Lamongan, dan Denpasar.
Peserta PLPG terdiri guru SD, guru kelas PAUD, guru mapel Bahasa Inggris, Matematika, PKn, dan BK. Dari 374 guru itu, sebanyak 19 guru tak hadir.
Unipa merupakan salah satu LPTK PLPG penyelenggara di Jatim bersama PTN dan PTS lain. Di antaranya, empat PTN yakni UINSA, Universitas Jember, Universitas Negeri Surabaya, dan Universitas Negeri Malang. Sedangkan dua kampus swasta adalah Unipa dan Universitas Muhammadiyah Malang.
"PLPG di Rayon 142 adalah PLPG terakhir tahun ini. Sebab setelah ini kemungkinan sudah bukan lagi dengan PLPG, tapi PPG (Pendidikan Profesi Guru). Guru memang harus kompeten,” kata Wakil Rektor I Unipa Hartono.
Peserta PLPG terakhir ini adalah guru yang diangkat sejak 2005. Sesuai UU guru dan dosen, sertifikasi menjadi prasyarat untuk guru profeional. Melaksanaka tugas sesuai keahliannya.
"Guru harus ditunjang dengan soft skill termasuk kemampuan bahasa internasional, kemampuan IT, dan keterampilan penunjang lainnya," kata Hartono.
Januar Iskandar, salah satu peserta asal Sumenep, menuturkan bahwa PLPG yang dilakukan di Unipa sangat profesional.
"Namun dengan instruktur dan pemateri yang kapabel, saya sangat senang," katanya.