Keberagaman agama, suku, dan budaya di Indonesia menarik minat mahasiswa muslim asal Mindanao, Filipina, maupun sejumlah negara lain di dunia untuk datang.
Selain menempuh pendidikan S1, S2, dan S3, mereka juga mempelajari Islam sebagai agama yang dianut mayoritas penduduk di Tanah Air. Meski demikian, Islam di Indonesia cinta damai, tidak mengenal istilah Islam Kanan atau Islam Kiri sebagaimana di negara lain. Sejumlah kampus dengan latar belakang Islam menjadi jujugan mahasiswa asing tersebut.
Khusus dari Mindanao, Filipina, ada yang menempuh studi S1 di Jawa Timur, yakni Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA). Salah seorang perwakilan dari mereka, Aisyah Endah Palupi mengatakan, ada 12 mahasiswa asal Mindanao yang menempuh pendidikan S1 di UNUSA dan tiga lainnya menempuh program magister di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mahasiswa ini menempuh pendidikan atas beasiswa Pemerintah Indonesia melalui Program Beasiswa Kemendikbud.
“Semula ada 25 calon mahasiswa asal Mindanao yang hendak berangkat ke Jawa Timur. Karena ada kesulitan komunikasi dan koordinasi, akhirnya hanya ada 12 calon mahasiswa untuk S1 dan tiga mahasiswa S2,” ujar Aisyah Endah di sela mengantar calon mahasiswa asal Filipina di UNUSA, kemarin. Perempuan berjilbab ini berharap mahasiswa bisa mengembangkan kemampuan dalam penguasaan Bahasa Indonesia.
Dari Mindanao, Filipina, kata Aisyah, pada gelombang sebelumnya ada 18 mahasiswa kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta (UMY), Universitas Sunan Ampel Surabaya (UINSA), dan Universitas Negeri Surakarta (UNS). Tahun ini, UNUSA dan UMM dipilih. “Kami berharap Kemendikbud untuk tahuntahun mendatang tetap memberikan beasiswa untuk kerja sama antarnegara,” kata Aisyah.
Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri Kemendikbud RI Ananto Kusuma Seta menyebutkan, Program Beasiswa Unggulan ini dicetuskan Mendikbud yang saat itu dijabat Mohammad Nuh. Dua tahun lalu, Nuh bertemu Mendikbud Filipina dan sepakat menjalankan program ini. “Tahun depan program ini akan berganti nama menjadi Sahabat Indonesia. Tahun ini, ada 80 mahasiswa dari berbagai negara yang menempuh pendidikan S1 di sejumlah kampus di Indonesia,” kata Ananto.
Program ini menjadi harapan Kemendikbud agar semua negara tahu bahwa Indonesia menjadi model Islam dunia yang mengedepankan toleransi, inklusi, dan respek pada semua lantaran Islam Rahmatan Lil Alamin. “Di Indonesia terbangun budaya Islam yang sejuk dan menghargai perbedaan. Tidak ada negara di dunia yang seberagam Indonesia. Inilah Indonesia,” kata Ananto.
Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS) sebagai pengelola UNUSA akan menempatkan mahasiswa asal Minadano di dua tempat. Untuk yang muslim di pondok dalam areal UNUSA yang berada satu kompleks dengan Rumah Sakit Islam (RSI) Jemursari, sedangkan muslimah di pondok Yayasan Khadijah di Wonokromo. “Jadi selama di UNUSA tidak sebatas belajar formal. Namun juga belajar Islam, budaya, dan kehidupan masyarakat Indonesia,” kata Mohammad Nuh, ketua Yarsis.
Mantan Mendukbud ini mengatakan akan mengajak para mahasiswa ini menemui kepala pemerintahan di kabupaten/kota di Jatim. Salah satunya Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. “Supaya mereka juga bisa menimba ilmu pemerintahan dari kepala pemerintahan,” kata Nuh.
Rektor UNUSA Prof. Rochmad Romdoni menambahkan, calon mahasiswa Filipina ini akan menempuh pendidikan di Fakultas Keperawatan dan Kebidanan, Fakultas Ekonomi, serta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.