Memang benar adanya, menyaksikan Gerhana Matahari Total (GMT) dengan mata telanjang dapat menyebabkan retina terbakar dan berakhir pada kebutaan. Pasalnya, mata kita tidak kuat menatap radiasi tinggi yang dipancarkan oleh fotosfer.
Namun, para ilmuwan yang tergabung dalam lokakarya GMT 2016 ini memberikan solusi mudah untuk masyarakat dapat menikmati fenomena langka ini dengan aman dan ekonomis. Seperti yang dipaparkan oleh Prof. Dr. Bambang Hidayat, salah satunya adalah kacamata berbahan dasar Filar atau alumunium tipis selebar tiga sentimeter untuk setiap lensanya. Bila sulit mendapatkan Filar, Sahabat bisa menggunakan roll film hitam-putih yang overexposed, dengan cara membuka film tersebut di bawah sinar matahari yang terik, kemudian lakukan proses pencucian di kamar gelap. “Jangan gunakan zonnebrill atau kacamata tukang las, terlalu tipis warna hitamnya.” Jelasnya.
Tidak hanya kacamata, Avivah Yahmani mengungkapkan bahwa pinhole atau metode proyeksi lubang jarum bisa menjadi alternatif alat yang aman. Bahan dasarnya yang sederhana bisa Sahabat temukan di dalam rumah, seperti kardus, alumunium foil, dan kertas putih.
Kedua alat bantu sederhana ini sebelumnya pernah digunakan oleh para pelajar untuk menyaksikan fenomena yang sama di langit Amerika dan Eropa. Jadi bagaimana Sahabat, sudah siap untuk menyaksikan Gerhana Matahari Total 2016?
(Sekar Rarasati)
sumber : nationalgeographic.co.id