VIVAnews - Prihatin dengan raibnya pesawat yang tengah terbang, sebuah perusahaan navigasi asal Kanada, Nav Canada bekerja sama dengan penyedia satelit pengawasan, Iridium Communication yang berbasis di Virginia, AS, mengumunkan sistem pelacakan darurat global untuk meminimalisasi raibnya pesawat.
Dengan rilis program itu, diharapkan nantinya dapat secara potensial menyelamatkan kehidupan dan pencarian, penyelamatan dan menekan biaya pemulihan.
Menariknya, melansir Gizmodo, Rabu 24 September 2014, layanan pelacakan itu diberikan secara gratis di seluruh dunia kepada otoritas badan penyelamatan mulai 2018.
Gerakan ini merupakan bagian dari rencana jaringan pengawasan pesawat berbasis luar angkasa, yang disebut Aireon.
Tujuan gerakan pengawasan ini yakni meningkatkan kemampuan pelacakan pesawat di wilayah udara dari jarak jauh. Selain itu, pengawasan ini untuk mengisi ruang lebih dari 75 persen permukaan Bumi yang belum tercakup kendali oleh pengendali lalu lintas udara (ATC).
Raibnya pesawat MH370 pada Maret tahun ini dan juga hilangnya pesawat Air France nomor
penerbangan 447 di wilayah Brasil dan Senegal, makin mendorong sebuah sistem pengawasan yang lebih bagus.
"Kesenjangan yang ada dalam pengawasan, khususnya dalam hal pesawat yang hilang menjadi sangat jelas tahun terakhir ini," ujar John Crichton, Presiden dan CEO Nav Canada dilansir Ottawa Citizen.
Tak mudah untuk memastikan pesawat tetap terlacak saat mengudara. Sebab cakupan radar pun masih terbatas, jika pesawat melewati atas lautan maupun pegunungan.
Untuk itu, biasanya sang pilot beralih menggunakan radio frekuensi tinggi untuk berkomunikasi dengan ATC. Mekanisme ini sering dikenal sebagai pengendalian prosedural.
Namun demikian, pengendalian prosedural ini perlu upaya detail dan real time. Sementara itu, tangkapan pesawat baru bisa ditangkap sinyal radar saat mendekati pantai ataupun stasiun pelacakan radar.
Untuk itulah salah satu alternatif yang ditawarkan yakni Automatic Dependent Surveillance Broadcast disebut ADS-B. Pesawat yang dilengkapi dengan teknologi ini dapat menentukan posisi mereka secara mandiri dan berkala menyiarkan informasi stasiun pengendalian daratan.
Sensor ADS-B direncanakan bakal terpasang pada 66 satelit rendah orbit Bumi milik Iridium. Jika sudah tercakup pada 66 satelit itu, memungkinkan pelacakan dengan adanya transponder ADS-B. Sensor ini diklaim Aireon mampu melacak 1.000 target aktif dalam suatu wilayah udara dengan diameter 2.000 mil.
Crichton berharap fasilitas Aireon ini bisa diadopsi pada layanan navigasi udara Inggris Raya dan Otoritas Penerbangan Federal AS maupun
penerbangan individu.
"Sistem Aireon memecahkan masalah di seluruh dunia. Jadi, ini merupakan pengubah permainan," ujar dia.
Dilaporkan, satelit generasi kedua Iridium yang dilengkapi dengan sensor muatan ADS-B bakal diluncurkan tahun depan. Kemudian, pada 2017, ditargetkan sensor itu sudah ada pada semua fasilitas satelit Iridium dan setahun berselang, bisa dilakukan tahap operasional.
Sensor ADS-B ini pun harus bersaing dengan layanan pelacakan serupa yang digelar oleh Thales Alenia Space dan Globalstar.
Memang diakui bahwa pesawat MH370 sudah memuat transponder ADS-B seperti halnya pesawat komersial lainnya. Namun, pesawat yang raib dari Kuala Lumpur ke Beijing pada 8 Maret lalu itu diketahui adanya kesengajaan mematikan sensor, sehingga pesawat raib tak terdeteksi. (art)