|
VIVAnews - Penyakit malaria menghantui warga dunia. Ancamannya tak dapat dianggap enteng. Penyakit yang ditimbulkan dari gigitan nyamuk itu telah membunuh rata-rata satu anak setiap 60 detik di Benua Afrika.
Fakta ini menjadikan malaria sebagai salah satu penyakit mematikan. Para ilmuwan pun bekerja keras menghentikan penyakit itu. Berbagai teknik telah dilakukan. Namun, nyamuk penyebab malaria itu makin kebal dengan insektisida dan obat penangkal lainnya.
Seperti dilansir Telegraph, Rabu 11 Juni 2014, peneliti kini sedang mengembangkan teknik baru, yaitu merekayasa secara genetik nyamuk agar hanya melahirkan nyamuk jantan.
Menurut peneliti, nyamuk jantan tak berbahaya. Justru yang menyebabkan penyakit malaria adalah nyamuk betina. Sang betina disebutkan membutuhkan protein pada darah manusia untuk memberikan nutrisi pada telur yang dikandung nyamuk betina.
Untuk itulah, peneliti menjalankan skema rekayasa genetik agar semaksimal mungkin nyamuk betina hanya menelurkan nyamuk jantan. Dalam studinya, tim peneliti Imperial College London memasukkan enzim pemotong DNA yang disebut I-Ppol ke dalam nyamuk jenis Anopheles gambiae.
Dalam reproduksi normal, setengah sperma menanggung kromosom X yang menghasilkan keturunan betina dan sisanya mengandung kromosom Y yang bertanggung jawab atas kelahiran nyamuk jantan.
Rekayasa enzim itu bekerja sesuai harapan, mampu memotong kromosom X selama produksi sperma sehingga hampir tak ada sperma yang membawa kromosom X. Akibatnya, keturunan nyamuk hasil rekayasa ini secara bertahap hampir semuanya jantan.
Dalam uji coba di laboratorium pertama, nyamuk direkayasa dengan dicampur bersama serangga normal. Hampir sepenuhnya, 95 persen telur yang menetas jadi nyamuk jantan.
"Setelah modifikasi kelahiran nyamuk diperkenalkan, nyamuk jantan akan mulai memproduksi anak, dan anak-anak mereka akan melakukan hal yang sama. Jadi pada dasarnya, nyamuk melaksanakan pekerjaan bagi kami," ujar Dr Nikolai Windbichler, peneliti utama Departemen Life Science Imperial College London.
Ilmuwan itu memperkenalkan nyamuk hasil rekayasa genetika ini dalam 5 kandang yang dicampur dengan populasi nyamuk liar lain. Dengan skema lima kandang itu, diharapkan dalam enam generasi berikutnya, populasi nyamuk betina makin berkurang.
Teknik pengurangan populasi nyamuk betina yang menjadi sumber malaria itu disebutkan teknik pertama yang efektif berhasil.
Sebelumnya, upaya langkah pencegahan dan pengendalian malaria sudah gencar dilakukan sejak 14 tahun lalu. Upaya memang cukup menekan angka kematian malaria global hingga 42 persen. Namun penyakit itu tetap menghantui penduduk dunia.
Nyamuk makin resisten dengan obat penangkal. Akibatnya, secara global, lebih dari 200 juta kasus malaria terjadi per tahun. Sebanyak 650 ribu di antaranya berujung dengan kematian, terutama anak balita di Afrika.
Teknik genetika itu memang masih sangat awal, namun peneliti berharap skema itu bisa dikembangkan secara efektif dan murah untuk menghilangkan malaria dari seluruh daerah.
"Tujuan kami adalah memungkinkan orang untuk hidup bebas tanpa ancaman penyakit mematikan ini," tegas Dr Roberto gazili, rekan Windbichler.
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/511457-ilmuwan-temukan-cara-musnahkan-malaria