Dikutip dari Sputniknews, Jumat 3 Maret 2017, fenomena 'founder effect' terjadi pada sebuah area luas dengan jumlah populasi baru yang sangat kecil. Solomon mengatakan, fenomena ini sering teramati di kepulauan dan area terpencil.
"Konteks di Mars tingkat mutasi bisa terakselerasi, sementara spesies di pulau (Bumi) butuh waktu ribuan tahun. Apalagi kondisi kontras antara Bumi dan Mars, ini akan mempercepat proses (evolusi)," tulis Solomon.
Dia menjelaskan, lemahnya gravitasi di Mars, sekitar 0,38 persen gravitasi dibanding Bumi, bisa membuat kepadatan tulang hilang dengan cepat. Sementara menurut pakar endokrinologi, Michael Holick, tinggal tiga tahun di Planet Merah itu, maka 50 persen massa tulang akan menurun.
Kondisi ini menyebabkan tingginya tingkat kerusakan tulang koloni manusia di Mars.
Namun lambat laut dia yakin manusia di Mars akan bisa menyesuaikan lingkungan Mars yang berbeda dengan Bumi tersebut.
"Sehingga merespons tekanan itu, setelah beberapa generasi penduduk Mars akhirnya punya tulang alami yang lebih tebal dari leluhurnya dan tampilannya lebih kuat" kata Solomon.
Hasil adaptasi manusia di Mars yakni meningkatnya produksi melanin yang melindungi manusia dari radiasi. Tapi produksi melanin itu berdampak menggelapkan kulit. Sehingga kemungkinan, manusia Mars nanti punya warna kulit yang lebih gelap dari penduduk Bumi.