(Thinkstock, ilustrasi) |
Cougar atau puma, adalah pemakan segala. Semua yang ditemui baik hidup maupun mati, akan dilahapnya sampai tuntas hingga ke remah terakhir, tanpa sisa. Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Vanderbilt University, AS, perilaku tak pandang bulu ini bisa jadi merupakan kunci dari penyintasan nenek moyang cougar modern.
Sekitar 12.000 tahun silam, mamalia besar di seantero dunia lenyap dalam kepunahan saat pergantian dari Kala Pleistosen ke Holosen. Hal ini disebabkan karena berubahan iklim, predator, serta penyebaran penyakit. Perburuan manusia yang muncul sejak pertengahan Kala Pleistosen dan bermigrasi ke banyak tempat di akhir kala ini, juga diperkirakan ikut menyebabkan kepunahan massal. Di dataran Amerika, empat spesies kucing besar punah pada masa tersebut, menyisakan cougar serta jaguar.
Para peneliti memperkirakan, cara makan cougarlah yang menentukan nasibnya. Mereka meneliti gigi-geligi kucing-kucing masa silam: kucing saber-tooth, singa amerika, juga cougar. Hasilnya dibandingkan dengan sampel gigi dari karnivora modern yaitu singa, cheetah, hyena, dan cougar masa kini. Pemakan daging yang empuk memiliki goresan tipis di giginya, sedangkan kucing besar yang menggigiti tulang memiliki goresan yang dalam pada giginya.
Gigi cougar masa lalu mirip dengan hyena masa kini, satwa yang memakan seluruh spesies buruannya, termasuk tulang belulang. Singa amerika justru mirip dengan cheetah, yang paling memilih makanan di savana, yaitu daging yang paling lembut. Kucing sabre-tooth ada di antara keduanya, mirip dengan singa masa kini yang menggigiti tulang namun tak menghabiskannya. Saat sumber makanan menjadi terbatas dan kebutuhan bertahan hidup semakin mendesak, memakan apapun yang melintas di hadapan ternyata mampu meloloskan satwa ini dari kepunahan besar.
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/04/memakan-semua-yang-melintas-di-hadapannya-makhluk-ini-selamat-hingga-12-ribu-tahun