Jurnalis : Hani Nur Fajrina, CNN Indonesia
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan antariksa Amerika Serikat (NASA) bersama University of Oklahoma berencana meluncurkan satelit yang bakal mempelajari siklus 'pernapasan' Bumi dari luar angkasa.
Selama ini para ilmuwan tahu bahwa Bumi 'menghirup' karbon, khususnya melalui tumbuhan yang menyerap karbon dioksida dari proses fotosintesis.
Nah, tujuan NASA dan University of Oklahoma adalah meneliti secara rinci mengenai siklus bernapas dari Bumi ini.
Mengutip situs Engadget, misi bernama Geostationary Carbon Cycyle Observatory ini akan meneliti kesehatan tumbuhan hingga pertukaran gas intinya yang melingkupi karbon dioksida, karbon monoksida, dan metana antara Bumi dan atmosfernya.
Satelit pintar ini akan mengudara di ketinggian 35 ribu kilometer di atas khatulistiwa dan memeriksa aktivitas fluoresensi berbasis Matahari, serta tingkat gas di atmosfer Bumi.
Meski belum ada tanggal spesifik peluncuran satelit ini, NASA diperkirakan bakal merogoh kocek sebesar US$166 juta atau setara Rp2,2 triliun untuk misi ini hingga lima tahun ke depan.
Penelitian ini diharapkan mampu memberi pemahaman lebih mendalam kepada para ilmuwan mengenai ritme pernapasan alami Bumi dan pengaruh kesehatan planet ini dari tindakan penggundulan hutan yang dilakukan oleh manusia.