Riset: Ada Bintang yang Bakal Menyerempet Tata Surya Kita

Author : Administrator | Tuesday, January 06, 2015 10:59 WIB
 
Ilustrasi: Sebuah bintang berpotensi menyerempet Tata Surya, mengakibatkan gangguan pada Awan Oort sehingga Bumi berpotensi dipermak ulang.

KOMPAS.com - Sebuah bintang bakal menyerempet Tata Surya kita. Hal itu menurut perhitungan Coryn Bailer-Jones, astronom dari Max Planck Institute of Astronomy di Heidelberg, Jerman.

Si bintang yang bernama HIP 85605 itu dibilang bakal menyerempet Tata Surya sebab akan melintas pada jarak 0,04 parsecs atau kira-kira 8.000 satuan astronomi (SA) atau kali 8.000 jarak Bumi-Matahari. Jauh sekali dari Bumi.

Jadi, daerah Tata Surya yang bakal disenggol sangat pinggiran. Wilayah Tata Surya sendiri mencakup area yang maha luas, dari Matahari hingga 100.000 SA (ke batas terluar awan komet Opik-Oort).

Berdasarkan kalkulasi Bailer-Jones, bintang yang berjarak 16 tahun cahaya dari konstelasi Hercules itu bakal melintasi rumah besar umat manusia 240.000 - 470.000 tahun dari saat ini. Ya, masih sangat lama.

Lalu, apa yang bakal terjadi? Tata Surya tak akan hancur, semua planet termasuk Bumi akan tetap pada orbitnya. Bailer-Jones berpendapat, wilayah yang akan terdampak adalah Awan Oort, gudang komet di pinggiran Tata Surya.

Dengan jarak Awan Oort 20.000 - 50.000 SA dari Matahari, bintang HIP 85605 bakal lewat sangat dekat. Akibatnya, seperti diberitakan Universe Today, Jumat (2/1/2015), adalah kekacauan.

Akibat kekacauan di Awan Oort, benda-benda seperti komet yang ada di dalamnya bisa terlempar ke luar. Bila mengarah ke bagian dalam Tata Surya, benda-benda langit itu juga berpotensi menghantam Bumi.

Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo, Senin (5/1/2014), mengungkapkan, gangguan pada Awan Oort bisa menimbulkan tumbukan benda langit besar-besaran di Bumi. "Muka Bumi bakal dipermak ulang oleh ribuan kawah meteor besar di sana-sini," katanya.

Seberapa akurat perhitungan Boiler-Jones? Dia sendiri mengklaim, peluang HIP 85605 menyerempet Tata Surya 90 persen. Namun, hingga kini hasil penelitian yang baru diunggah di arXiv itu masih menjadi perdebatan.

Ma'rufin mengungkapkan, dalam astronomi, prediksi bahwa suatu benda langit akan menabrak benda langit lainnya biasa. Prediksi itu bisa berubah seiring ilmuwan mendapatkan lebih banyak data. Bisa saja, dari semula diprediksi tabrakan menjadi hanya melintas dekat.

Contoh nyata adalah komet Siding Spring. Semula, komet sempat diprediksi bakal menabrak Mars. Namun, kalkulasi dan kenyataannya kemudian menunjukkan bahwa komet hanya melintas dekat.

Prediksi tabrakan benda langit yang benar dan menjadi kenyataan antara lain tumbukan antara komet Shoemaker-Levy 9 dengan Jupiter pada Juli 1994. Prediksi dibuat dua tahun sebelumnya.

Tanpa gangguan pada Awan Oort akibat HIP 85605, Bumi pun selalu berpotensi ditumbuk benda langit lain. Contoh nyata adalah peristiwa ledakan Chelyabinsk pada tahun 2013 akibat asteroid kecil yang memasuki atmosfer Bumi.

 
Ilustrasi: Planet serupa Bumi mengorbit bintang induknya. Planet itu merepresentasikan Kepler 438b, sebuah planet baru yang dinyatakan paling mirip Bumi

KOMPAS.com - Sebuah planet yang mengorbit bintang di konstelasi Lyra dinyatakan sebagai planet ekstrasolar atau planet alien yang paling mirip Bumi. Dunia baru itu terungkap lewat penelitian astronom dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics.

Planet yang bernama Kepler 438b itu berukuran sedikit lebih besar dari Bumi. Mengitari bintang katai oranye, astronom mengatakan bahwa planet itu menerima panas dari bintangnya 40 persen lebih banyak daripada Bumi menerimanya dari Matahari.

Dengan ukurannya yang relatif kecil, astronom memerkirakan Kepler 438b adalah planet batuan seperti Bumi. Sementara, dari sisi jarak, planet itu dinyatakan berada dalam zona Goldlilocks, jarak yang pas sehingga air dalam bentuk cair mungkin didapati.

Permukaan batuan dan keberadaan air dalam bentuk cair adalah beberapa faktor yang menentukan apakah suatu planet bisa mendukung kehidupan. Faktor lain diantaranya keberadaan oksigen.

Kepler 438b berjarak 470 tahun cahaya dari Bumi. Satu tahun di planet itu sangat singkat, hanya 35 hari. Dengan demikian, planet itu berevolusi terhadap bintangnya 10 kali lebih cepat dari Bumi.

Menurut para astronom, planet yang berukuran lebih kecil biasanya punya kemungkinan lebih besar menjadi planet batuan. Dengan ukuran hanya 12 persen lebih besar dari planet kita, Kepler 438b punya peluang 70 persen merupakan planet batuan.

Penemuan planet itu dipaparkan dalam pertemuan tahunan American Astronomical Society di Seattle, Selasa (6/1/2014). Selain Kepler 438b, astronom juga menemukan 7 planet lain yang juga berpotensi mendukung kehidupan.

Seluruh planet ditemukan dengan teleskop Kepler milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Teleskop itu mendeteksi keberadaan planet dengan metode transit, melihat kedipan cahaya bintang induk saat planet melintas di depannya.

Planet lain yang ditemukan adalah Kepler 442b, juga berada di konstelasi Lyra. Berjarak 1.100 tahun cahaya, planet itu berukuran 1/3 Bumi dan menerima cahaya bintang 2/3 dari yang diterima Bumi dari Matahari. Ada peluang 60 persen dunia itu adalah planet batuan.

Guilerno Torres seperti dikutip The Guardian, Selasa, mengungkapkan bahwa berdasarkan ukuran dan jumlah cahaya yang diterima dari bintangnya, dua dunia itu merupakan planet yang paling mirip Bumi.

Sebelumnya, planet yang paling mirip Bumi adalah Kepler 186f dan Kepler 62f. Masing-masing berukuran 10 persen dan 40 persen lebih besar dari Bumi serta menerima cahaya 33 persen dan 41 persen dari yang diterima Bumi.

Astronom belum mengetahui apakah kedua planet itu memiliki atmosfer. Namun, bila keduanya diliputi gas, suhunya bakal sekitar 60 derajat Celsius untuk Kepler 438b dan 0 derajat Celsius untuk Kepler 442b.

Tim Harvard Smithsonian Center for Astrophysics mengonfirmasi setiap planet yang dideteksi dengan program bernama Blender. Konfirmasi diperlukan sebab kedipan cahaya bisa juga ditimbulkan bila bintang yang dilihat adalah bagian sistem bintang ganda.

Dengan analisis statistik tertentu, program Blender bakal memastikan planet yang terdeteksi nyata. Dari total 12 planet yang terdeteksi oleh tim Harvard, 11 planet dinyatakan 99,7 persen memang eksis.

Di masa depan, penelitian tentang planet alien dapat lebih detail dengan bantuan James Webb Telescope dan European Extremely Large Telescop yang kini sedang dibangun di Chile. Manusia bukan hanya bisa menemukan planet baru tetapi juga menganalisis atmosfernya.
http://sains.kompas.com/


Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: