Foto ilustrasi |
VIVAnews - Perwujudan smart city atau kota yang terkoneksi dengan teknologi informasi dipandang sangat membantu penataan kota. Jika seluruh sistem publik terhubung dengan manajemen teknologi informasi yang tersentral, setidaknya mendorong efisiensi energi serta meningkatkan produktivitas.
Pengamat telekomunikasi dan praktisi teknologi Teguh Prasetya, Rabu 7 Mei 2014 mengatakan untuk mewujudkan hal itu, sebuah kota haruslah memiliki modal dasar infrastruktur.
"Jika itu sudah ada, tahapan yang dilalui yaitu otomasi sistem. Misalnya manajemen parkir dan gedung yang bisa dikendalikan semuanya," ujar Teguh saat ditemui di Kampus International Institute for Life Science (I3L), Pulo Mas, Rawamangun, Jakarta Timur.
Untuk pengendalian sistem itu, kata Teguh, diperlukan pusat manajemen. Ini berfungsi untuk mengatur kapan dilakukan pengaturan sistem tersebut. "Misalnya kapan AC atau lampu lalu lintas menyala," kata dia.
Bukan hanya sistem yang digedung maupun jalanan saja, pusat manajemen smart city, kata dia, juga mengatur sistem lain, misalnya pengelolaan air dan limbah sampai pintu kanal sungai yang melalui kota. Pada konsel smart city, pengendalian sistem-sistem sudah otomatis, sehingga memotong jalur birokrasi yang biasanya sangat lama memutuskan kebijakan.
Setelah tahap otomasi selesai, pusat manajemen smart city bisa dimaksimalkan untuk manajemen keamanan dan pemulihan bencana.
Guna mewujudkan smart city itu, tak kalah penting yakni dibutuhkan kepemimpinan yang kuat dan cepat dalam memutuskan mengeksekusi kebijakan.
Saat disinggung peluang Jakarta untuk menyandang smart city itu, Teguh mengatakan ibukota Indonesia itu sudah memiliki syarat. Ia menyebutkan uji coba electronic road pricing (ERP) yang tengah bergulir bisa jadi pintu masuk menuju smart city.
"Lihat saja, uji coba itu bisa berjalan, dengan sistem pendeteksi yang lebih baik dari Singapura," kata dia.
Namun demikian, ia berharap agar pemerintah Indonesia menggelar smart city pada kota baru sebagai proyek percontohan. Jika berhasil maka pola itu dapat diaplikasikan pada kota lainnya. Teguh mengatakan tak harus kota besar, minimal kota yang telah memiliki infrastruktur.
"Misalnya bagian dari suatu kota dari Jakarta atau kota lain. Itu kota baru yang nanti bisa," katanya.
Selesaikan problem akut
Menurut Hardyana Syintawati, VP Marketing and Communications Ericsson Indonesia, Rabu 7 Mei 2014, mengatakan problem kota bisa ditekan dengan adanya smart city yakni kota yang terhubung dengan basis teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Ia mencontohkan dengan sistem yang saling terhubung, problem kebakaran dengan cepat bisa ditanggulangi, sebab sistem alarm tiap gedung sudah terhubung.
"Kalau ada yang kebakaran, maka alarm di tempat itu bakal terhubung langsung dengan pemadam kebakaran terdekat," katanya. "Sistem manajemen terhubung juga dengan lampu lalu lintas dan aliran air. Jadi pemadam kebakaran langsung sigap tak terhalang di jalanan."
Dengan demikian TIK bisa dimaksimalkan sebagai manajeman penanggulangan bencana yang melanda kota.
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/502723-smart-city---kota-yang-dikendalikan-teknologi