Logo Twitter |
VIVAnews - Arus informasi yang ada di internet begitu cepat didapatkan bila dibandingkan dengan cara manual.
Seperti halnya alat pendeteksi gempa bumi, seismometer, masih kalah cepat dengan media sosial seperti Twitter. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Melansir Daily Mail, Jumat 16 Mei 2014, hasil penelitian dari US Geological Survey menyebutkan tweet yang mengandung kata 'gempa' di online ditempuh hanya dalam satu menit. Sedangkan alat monitor seismometer dibutuhkan 2-20 menit mendeteksi terjadi gempa.
"Tweet merupakan indikasi pertama tentang adanya bencana gempa bumi," kata Paul Earle, Direktur Pusat Informasi Gempa Bumi Nasional, United State Geological Survey (USGS).
Hal ini pernah dibuktikan ketika gempa berkekuatan 5,8 SR mengguncang lepas pantai Jawa yang per menitnya menjangkau 600 tweet.
Lalu, 4.000 kicauan dalam hitungan menit setelah gempa di Virginia. Kemudian, yang paling besar terjadi gempa di Tohoku, Jepang, mencapai 10.000 tweet per menit.
Selain menggunakan parameter seismik, USGS mengandalkan frekuensi kicauan di wilayah sekitar bencana, dengan mendeteksi kata 'gempa' ataupun kata-kata sejenis dalam berbagai bahasa.
Dengan adanya penelitian itu, lembaga tersebut membuat akun twitter @USGSBigQuakesuntuk menginformasikan terjadinya bencana alam.
Untuk mengecek akurasi data yang diterima dari informasi dalam Twitter, USGS bekerjasama dengan Stanford University untuk memonitor jaringan sosial tentang rincian gempa bumi.
"Info tersebut akan kami korelasi dengan membuat model dan bagaimana kicauan dapat membantu menciptakan ShakeMaps, menunjukkan peta dekat kejadian tentang gerakan tanah, dan intesitas getaran yang signifikan," ujar USGS.
ShakeMap biasanya diproduksi dalam hitungan menit yang mengkomninasi dari rekaman, persamaan prediksi gerakan tanah, dan faktor lokasi geologi.
Mengenai hal ini, Twitter tak tinggal diam. Mereka akan membantu keakuratan dengan menggunakan label tweets geo di seluruh dunia, yang berisi kata kunci earthquake atau tsunami.
Namun USGS mengatakan kinerja mereka sepenuhnya masih mengandalkan seismometer, karena Twitter memiliki kesalahan sekitar 10 persen.
Diketahui, untuk saat ini, media sosial berlogo burung tersebut memiliki 255 juta pengguna aktif di seluruh dunia.
http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/504775-twitter-ternyata-lebih-cepat-dari-alat-pendeteksi-gempa-bumi