Helping Tunanetra knows the Money, TI UMM students' Make Kasentra
Author : Humas | Saturday, January 06, 2018 10:39 WIB
Yoga and Bagus showed the way of Kasentra.
Starting fromthe final project to make products that can facilitate the activity of persons with disability, Adi Wijaya Yoga, an industrial engineering (TI)student of University of Muhammadiyah Malang (UMM) and his team successfully develop a sensor tool to helptuna netra people know money.
This idea appeared because of the rampant fraud cases on a tuna netra family who works as a masseuse, especially in financial transactions.
"We came to where the tuna netra massage training, then I knew their complaints. One of them is a matter of fraud rates of massage," said Yoga.
Furthermore, Yoga and his friends tried to develop Sensor Goggles Tuna Netra (Kasentra), i.e. theinnovation product which combines glasses with special sensor detection of the amount of money.
Through a variety of research and development, Kasentra is more efficient than the others.
Only with direct sight glasses to the amount of money, it will make a voice of nominal money. In addition,tuna netra persons do not need use other support tools such as a smartphone or others that are more expensive.
"The tool we developed is to look at the disadvantages andadvantages of existing products," said Bagus Arif, one of Kasentramembers.
In addition to the more efficient, Kasentra also has other added value, which is offeredaffordable price.
"In addition toeasily carried design, price-making tool is also cheap if will be sold," said Bagus.
Furthermore, it will also be continued to an enhanced functionality. If it only sensor a money, in future, Kasentrawill becompleted the sensor reading for the disabled to replace braille.
"Currently, we are building integration with students of computer engineering courses to develop the function of sensors embedded in the reading glasses," said Yoga. (ard)
|
Yoga and Bagus showed the way of Kasentra. |
Starting fromthe final project to make products that can facilitate the activity of persons with disability, Adi Wijaya Yoga, an industrial engineering (TI)student of University of Muhammadiyah Malang (UMM) and his team successfully develop a sensor tool to helptuna netra people know money.
This idea appeared because of the rampant fraud cases on a tuna netra family who works as a masseuse, especially in financial transactions.
"We came to where the tuna netra massage training, then I knew their complaints. One of them is a matter of fraud rates of massage," said Yoga.
Furthermore, Yoga and his friends tried to develop Sensor Goggles Tuna Netra (Kasentra), i.e. theinnovation product which combines glasses with special sensor detection of the amount of money.
Through a variety of research and development, Kasentra is more efficient than the others.
Only with direct sight glasses to the amount of money, it will make a voice of nominal money. In addition,tuna netra persons do not need use other support tools such as a smartphone or others that are more expensive.
"The tool we developed is to look at the disadvantages andadvantages of existing products," said Bagus Arif, one of Kasentramembers.
In addition to the more efficient, Kasentra also has other added value, which is offeredaffordable price.
"In addition toeasily carried design, price-making tool is also cheap if will be sold," said Bagus.
Furthermore, it will also be continued to an enhanced functionality. If it only sensor a money, in future, Kasentrawill becompleted the sensor reading for the disabled to replace braille.
"Currently, we are building integration with students of computer engineering courses to develop the function of sensors embedded in the reading glasses," said Yoga. (His Publicist UMM)
|
Yoga dan Bagus mempraktekkan cara kerja Kasentara |
Berawal dari tuntutan tugas akhir untuk membuat produk yang dapat mempermudah aktivitas penyandang disabilitas, Yoga Adi Wijaya mahasiswa program studi Teknik Industri (TI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama timnya berhasil mengembangkan alat bantu sensor uang untuk penyandang tuna netra.
Gagasan ini muncul dari maraknya kasus penipuan pada penyandang tuna netra yang berprofesi sebagai tukang pijat, khususnya saat melakukan transaksi keuangan.
"Kami datang ke tempat pelatihan pijat tuna netra, kemudian saya mendegar keluh kesah mereka. Salah satunya soal penipuan tarif pijat," ungkap Yoga.
Berangkat dari temuan ini, Yoga dan kawan-kawan mencoba mengembangkan Kacamata Sensor Tuna Netra (Kasentra), yakni produk inovasi yang memadukan kacamata dengan sensor khusus untuk mendeteksi jumlah uang.
Melalui berbagai penelitian dan pengembangan, cara kerja Kasentra hasil inovasi Yoga dan timnya ternyata lebih efisien dibandingkan dengan alat serupa yang sudah pernah tercipta.
Hanya dengan mengarahkan pandangan kacamata ke arah jumlah uang, maka akan keluar suara berupa nominal uang tersebut. Selain itu, penyandang tuna netra tidak perlu menggunakan alat pendukung lain misalnya smartphone atau alat lain yang lebih mahal untuk pengoperasian Kasentra.
"Alat kami memang dikembangkan dengan melihat kekurangan dan kelebihan produk yang sudah ada," ungkap Bagus Arif, salah satu anggota tim Kasentra yang lain.
Selain lebih efisien Kasentra juga memiliki nilai tambah lain, yakni ditawarkan dengan harga yang terjangkau.
"Selain desain yang gampang dibawa, harga pembuatan alat ini juga murah jika nanti akan dikomersilkan," ungkap Bagus.
Tidak berhenti pada penciptaan alat sensor untuk mendeteksi uang, nantinya alat ini juga akan terus disempurnakan fungsinya. Jika saat ini hanya dapat menyensor uang, maka kedepannya Kasentra akan dilengkapi sensor membaca bagi penyandang tuna netra untuk menggantikan huruf braille.
"Saat ini kami sedang membangun integrasi dengan mahasiswa dari program studi Teknik Informatika untuk mengembangkan fungsi sensor membaca yang disematkan pada kacamata,"pungkas Yoga. (Humas UMM)
|
Yoga dan Bagus mempraktekkan cara kerja Kasentara |
Berawal dari tuntutan tugas akhir untuk membuat produk yang dapat mempermudah aktivitas penyandang disabilitas, Yoga Adi Wijaya mahasiswa program studi Teknik Industri (TI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) bersama timnya berhasil mengembangkan alat bantu sensor uang untuk penyandang tuna netra.
Gagasan ini muncul dari maraknya kasus penipuan pada penyandang tuna netra yang berprofesi sebagai tukang pijat, khususnya saat melakukan transaksi keuangan.
"Kami datang ke tempat pelatihan pijat tuna netra, kemudian saya mendegar keluh kesah mereka. Salah satunya soal penipuan tarif pijat," ungkap Yoga.
Berangkat dari temuan ini, Yoga dan kawan-kawan mencoba mengembangkan Kacamata Sensor Tuna Netra (Kasentra), yakni produk inovasi yang memadukan kacamata dengan sensor khusus untuk mendeteksi jumlah uang.
Melalui berbagai penelitian dan pengembangan, cara kerja Kasentra hasil inovasi Yoga dan timnya ternyata lebih efisien dibandingkan dengan alat serupa yang sudah pernah tercipta.
Hanya dengan mengarahkan pandangan kacamata ke arah jumlah uang, maka akan keluar suara berupa nominal uang tersebut. Selain itu, penyandang tuna netra tidak perlu menggunakan alat pendukung lain misalnya smartphone atau alat lain yang lebih mahal untuk pengoperasian Kasentra.
"Alat kami memang dikembangkan dengan melihat kekurangan dan kelebihan produk yang sudah ada," ungkap Bagus Arif, salah satu anggota tim Kasentra yang lain.
Selain lebih efisien Kasentra juga memiliki nilai tambah lain, yakni ditawarkan dengan harga yang terjangkau.
"Selain desain yang gampang dibawa, harga pembuatan alat ini juga murah jika nanti akan dikomersilkan," ungkap Bagus.
Tidak berhenti pada penciptaan alat sensor untuk mendeteksi uang, nantinya alat ini juga akan terus disempurnakan fungsinya. Jika saat ini hanya dapat menyensor uang, maka kedepannya Kasentra akan dilengkapi sensor membaca bagi penyandang tuna netra untuk menggantikan huruf braille.
"Saat ini kami sedang membangun integrasi dengan mahasiswa dari program studi Teknik Informatika untuk mengembangkan fungsi sensor membaca yang disematkan pada kacamata,"pungkas Yoga. (Humas UMM)
Shared:
Comment