Happy face after receives a throphy. (Photo: Special) |
Wildan Arif, M. Fitrah Ashary Bangun and Ibnu Sofyani were three University of Muhammadiyah Malang (UMM) students from different faculty, who wins several regional and national debates competitions. Last time, they won the runner-up position in the National Economic Debate Competition (NEDC) in Malang State University (UM), Sunday (28/4) last week.
First, the team that named “Bidas Tim” (hard temper) were unintentionally formed in a café, not far from Campus III UMM. Initiated by a chit chat, these three students from Madura, Medan, and Banten started to feel their chemistry. Then, a debate team was formed and started to be serious by taking several competitions.
Despite only Wildan who have a debater basis, they are confidence with their chemistry. With those same principles and understanding between themselves, they try their very first debate competition in Bali, last November 2018. They won’t give up although they didn’t achieve the best result in their debut.
Read also: UMM was Back To Be Trusted As a Guide College
These three students with background difference, keep on trying to join every debate competition. It is because they want to enrich their experience and capability and also upgrading themselves. “Start from losing, then we keep on evaluating the team after the competition. From there, we start to feel the chemistry between us,” said Wildan, Tuesday (30/4).
Although they were close for only one year, lots of things they have done together. “Three of us were agreed to keep our daily lifestyle. In order to preserve our focus in the competition. We even agreed to sleep before 22.00 and wake up at 03.00 to pray tahajud. Then we practice to twist our tongue,” said one of the students that active in Menwa.
Although they win several competitions, it doesn’t mean that they never face any obstacles. Three of them always believe that every obstacle as a stroke to be better in the future. “Every stroke is hot, therefore we use that heat to warm us when we cold. So, whatever is going to happen to us, we will take the positive side,” said Wildan.
Read also: Parents’ Dua Makes Syamsurijal Graduated with a Perfect GPA
Moreover, a team that claimed their members have a hard temper were always making vows. It is by setting aside their reward to be donated to the orphanage and mosque. This is because they don’t want to enjoy their reward for themselves. “Alhamdulillah, maybe it is one of the factors that ease us in every debate competitions,” said Fitrah.
Not just that, with that preserved lifestyle and chemistry, they won the NEDC competition. Especially, they eliminate some famous universities in Indonesia such as Bogor Agricultural Institute (IPB), Gadjah Mada University (UGM), Diponegoro University (UNDIP) and many more. Even if they were on the edge at the beginning of the preliminary round in the 12th position from 24 participants.
However, it is unexpected that Bidas Team can comeback in the next stage by sitting in the first position of the eight qualified teams. Finally, Bidas Team is not lucky enough and just sitting in the runner up position. But, even they were in the second position, the point gap between the two teams was only 8 points. They have to admit their opponent IPB in winning the first position. (joh)
Sumringah usai menerima tropi. (Foto: Istimewa) |
Wildan Arif, M. Fitrah Ashary Bangun dan Ibnu Sofyani merupakan tiga mahasiswa berbeda fakultas di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang kerap menjuarai kompetisi debat, baik tingkat regional hingga nasional. Terakhir, mereka berhasil keluar sebagai runner up dalam National Economic Debate Competition (NEDC) yang diadakan di Universitas Negeri Malang (UM), Minggu (28/4) pekan lalu.
Mulanya, tim debat yang mereka namakan “Bidas Tim” (watak keras) ini tidak sengaja terbentuk di sebuah warung kopi, tak jauh dari Kampus III UMM. Dipantik dari sebuah obrolan kecil, ketiga mahasiswa asal Madura, Medan, dan Banten ini merasa memiliki kesamaan pemahaman. Sehingga, lahirlah inisitif untuk membentuk sebuah tim debat dan mulai menseriusinya dengan mengikuti banyak perlombaan.
Meskipun pada saat itu yang mempunyai dasar seorang debater hanyalah Wildan. Berangkat dari kesamaan prinsip dan pemahaman di antara ketiganya itulah yang akhirnya membuat Fitrah dan Ibnu mau mencoba untuk mengikuti kompetisi debat pertama mereka, yakni di bali sekitar bulan November akhir tahun 2018 lalu. Meskipun di awal debut belum membuahkan hasil maksimal. Mereka tak menyerah.
Baca juga: UMM Kembali Dipercaya Jadi Perguruan Tinggi Asuh
Ketiga mahasiswa yang memiliki latar belakang yang berbeda ini terus mencoba untuk mengikuti beberapa kompetisi debat untuk menambah pengalaman dan jam terbang, sekaligus meng-upgrade diri masing-masing. “Berangkat dari kekalahan, kemudian kami selalu melakukan evaluasi terhadap tim setelah selesai lomba. Dari situlah, kami mulai menemukan kecocokan satu sama lain,” kata Wildan, Selasa (30/4).
Meski baru kenal satu tahun terakhir, banyak hal telah mereka lakukan bersama. Kami bertiga memang sudah sepakat untuk sama-sama saling mengatur pola hidup sehari-hari. Agar pada saat lomba, kami tidak kehilangan fokus. Bahkan kami sepakati untuk tidur maksimal pukul 22.00 dan bangun pukul 03.00 untuk sholat tahajud. Kemudian latihan untuk melenturkan bibir,” imbuh mahasiswa yang aktif di Menwa ini.
Meskipun beberapa kali menjuarai kompetisi, bukan berarti tidak pernah menemui hambatan. Ketiganya selalu menganggap setiap hambatan sebagau sebuah cambukan untuk lebih baik kedepannya. “Cambukan itu kan panas, jadi kami memanfaatkan panas tersebut untuk menghangatkan tubuh kami di saat kami kedinginan. Jadi segala apapun yang terjadi pada kami, akan kami ambil sisi positifnya,” tegas wildan.
Baca juga: Doa Orang Tua Bikin Syamsurijal Lulus dengan IPK Sempurna
Selain itu, tim yang mengaku seluruh anggotanya sama-sama punya watak keras ini selalu membuat nadzar. Yakni dengan menyisihkan sebagian hasil dari memenangi lomba untuk disumbangkan ke panti asuhan maupun masjid. Hal ini dilakukan lantaran mereka tidak ingin menikmati rezeki sendirian.”Alhamdulillah, mungkin faktor itulah yang membuat kami dipermudah ketika lomba debat,” disambung Fitrah.
Tak tanggung-tanggung, dengan pola hidup dan chemistry yang tetap terjaga, mereka berhasill menjadi pemenang di NEDC. terlebih, berhasil menyisihkan beberapa universitas terkemuka di Indonesia seperti Institute Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Univertitas Diponegoro (UNDIP) dan lainnya. Meski sempat terseok di awal babak penyisihan dengan menempati posisi 12 dari 24 peserta,
Namun, tak disangka, Bidas Tim mampu memukau di tahap selanjutnya dengan menempati posisi pertama dari delapan peserta yang lolos. Sebelum akhirnya keberuntungan belum berpihak kepada Bidas Tim, dan harus puas menempati posisi runner up. Namun, meskipun berada di posisi kedua, poin yang terpaut sangat tipis yakni delapan poin. Mereka harus mengakui keunggulan IPB di posisi pertama. (zak/can)
Sumringah usai menerima tropi. (Foto: Istimewa) |
Wildan Arif, M. Fitrah Ashary Bangun dan Ibnu Sofyani merupakan tiga mahasiswa berbeda fakultas di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), yang kerap menjuarai kompetisi debat, baik tingkat regional hingga nasional. Terakhir, mereka berhasil keluar sebagai runner up dalam National Economic Debate Competition (NEDC) yang diadakan di Universitas Negeri Malang (UM), Minggu (28/4) pekan lalu.
Mulanya, tim debat yang mereka namakan “Bidas Tim” (watak keras) ini tidak sengaja terbentuk di sebuah warung kopi, tak jauh dari Kampus III UMM. Dipantik dari sebuah obrolan kecil, ketiga mahasiswa asal Madura, Medan, dan Banten ini merasa memiliki kesamaan pemahaman. Sehingga, lahirlah inisitif untuk membentuk sebuah tim debat dan mulai menseriusinya dengan mengikuti banyak perlombaan.
Meskipun pada saat itu yang mempunyai dasar seorang debater hanyalah Wildan. Berangkat dari kesamaan prinsip dan pemahaman di antara ketiganya itulah yang akhirnya membuat Fitrah dan Ibnu mau mencoba untuk mengikuti kompetisi debat pertama mereka, yakni di bali sekitar bulan November akhir tahun 2018 lalu. Meskipun di awal debut belum membuahkan hasil maksimal. Mereka tak menyerah.
Baca juga: UMM Kembali Dipercaya Jadi Perguruan Tinggi Asuh
Ketiga mahasiswa yang memiliki latar belakang yang berbeda ini terus mencoba untuk mengikuti beberapa kompetisi debat untuk menambah pengalaman dan jam terbang, sekaligus meng-upgrade diri masing-masing. “Berangkat dari kekalahan, kemudian kami selalu melakukan evaluasi terhadap tim setelah selesai lomba. Dari situlah, kami mulai menemukan kecocokan satu sama lain,” kata Wildan, Selasa (30/4).
Meski baru kenal satu tahun terakhir, banyak hal telah mereka lakukan bersama. Kami bertiga memang sudah sepakat untuk sama-sama saling mengatur pola hidup sehari-hari. Agar pada saat lomba, kami tidak kehilangan fokus. Bahkan kami sepakati untuk tidur maksimal pukul 22.00 dan bangun pukul 03.00 untuk sholat tahajud. Kemudian latihan untuk melenturkan bibir,” imbuh mahasiswa yang aktif di Menwa ini.
Meskipun beberapa kali menjuarai kompetisi, bukan berarti tidak pernah menemui hambatan. Ketiganya selalu menganggap setiap hambatan sebagau sebuah cambukan untuk lebih baik kedepannya. “Cambukan itu kan panas, jadi kami memanfaatkan panas tersebut untuk menghangatkan tubuh kami di saat kami kedinginan. Jadi segala apapun yang terjadi pada kami, akan kami ambil sisi positifnya,” tegas wildan.
Baca juga: Doa Orang Tua Bikin Syamsurijal Lulus dengan IPK Sempurna
Selain itu, tim yang mengaku seluruh anggotanya sama-sama punya watak keras ini selalu membuat nadzar. Yakni dengan menyisihkan sebagian hasil dari memenangi lomba untuk disumbangkan ke panti asuhan maupun masjid. Hal ini dilakukan lantaran mereka tidak ingin menikmati rezeki sendirian.”Alhamdulillah, mungkin faktor itulah yang membuat kami dipermudah ketika lomba debat,” disambung Fitrah.
Tak tanggung-tanggung, dengan pola hidup dan chemistry yang tetap terjaga, mereka berhasill menjadi pemenang di NEDC. terlebih, berhasil menyisihkan beberapa universitas terkemuka di Indonesia seperti Institute Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), Univertitas Diponegoro (UNDIP) dan lainnya. Meski sempat terseok di awal babak penyisihan dengan menempati posisi 12 dari 24 peserta,
Namun, tak disangka, Bidas Tim mampu memukau di tahap selanjutnya dengan menempati posisi pertama dari delapan peserta yang lolos. Sebelum akhirnya keberuntungan belum berpihak kepada Bidas Tim, dan harus puas menempati posisi runner up. Namun, meskipun berada di posisi kedua, poin yang terpaut sangat tipis yakni delapan poin. Mereka harus mengakui keunggulan IPB di posisi pertama. (zak/can)