Perdana Menteri Australia Tony Abbott kunjungi Indonesia |
VIVAnews - Perdana Menteri Australia, Tony Abbott, merayakan 100 hari kepemimpinannya pada Minggu kemarin paska terpilih menjadi pemenang Pemilihan Umum pada 7 September 2013. Abbott menilai dalam 100 hari kepemimpinannya, Pemerintahnya layak diberikan nilai tinggi.
Stasiun berita Australia, Skynews, Minggu, 15 Desember 2013 melansir Abbott mengaku puas dengan hasil laporan pertama yang dihasilkan koalisi Pemerintah.
"Saya sangat puas bahwa kami telah melalui lebih dari 100 hari sebuah pemerintahan yang kompeten dan terpercaya," ujar Abbott kepada media.
Kendati mengakui masih banyak hal yang harus diperbaiki dari Pemerintahannya, namun Abbott membela diri, bahwa kebobrokan itu telah mereka warisi sejak rezim sebelumnya.
Salah satu janji yang hingga hari ini belum mampu ditepati yaitu soal perahu pencari suaka yang masih kerap menyambangi Negeri Kanguru itu. Lantas, Abbott menyalahkan Indonesia karena telah membekukan kerjasama sementara patroli perbatasan untuk membendung imigran ilegal.
"Tidak salah lagi, bahwa penghentian kerjasama oleh Pemerintah Indonesia sangat tidak membantu. Saya rasa salah satu alasan, mengapa akhir-akhir ini ada peningkatan jumlah perahu dalam dua pekan terakhir, karena pembekuan kerjasama tersebut," ujar Abbott.
Abbott menyebut hubungan di antara kedua negara mendingin, paska terbongkarnya aksi spionase yang dilakukan Badan Intelijen Australia (DSD) terhadap komunikasi Presiden SBY, Ibu Ani Yudhoyono dan sejumlah petinggi negara.
Ini merupakan kali pertama Abbott mengakui bahwa pembekuan hubungan kerjasama itu menyebabkan hancurnya upaya yang dilakukan Australia untuk menghentikan pencari suaka ke sana.
Menurut data yang diperoleh dari harian Sydney Morning Herald (SMH), paska hubungan kedua negara diturunkan sejak 20 November lalu, pada Jumat kemarin, ada 70 orang yang berhasil ditangkap. Mereka menumpang tujuh perahu. Oleh sebab itu, Abbott meminta agar kerjasama penghentian pencari suaka, dihidupkan kembali.
"Saya rasa akan lebih mencerminkan sikap seorang sahabat yang baik apabila melanjutkan kembali kerjasama penghentian penyelundupan manusia," ungkap Abbott.
Dia pun berharap, kerjasama itu dapat kembali berjalan, sebelum Presiden SBY mengakhiri periode jabatannya pada Juli tahun 2014.
Namun, di mata Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional, Teuku Faizasyah, kerjasama yang diharapkan Abbott, tidak akan terealisasi dalam waktu cepat. Pasalnya, tiga jenis kerjasama itu baru dapat dihidupkan kembali hingga dicapai kesepakatan terkait kode etik kelakukan baik (COC).
"COC merupakan kunci terbangunnya kembali trust dan confindence di antara kedua negara," ungkap Faiz melalui pesan pendek kepada VIVAnews, Senin 16 Desember 2013.
Apabila Australia ingin kerjasama itu segera dihidupkan kembali, Faiz menyarankan agar pihak Negeri Kanguru segera menyelesaikan COC yang dituntut oleh Presiden SBY tersebut. (adi)