"Artis Vagina" Jepang Diputuskan Hakim Tidak Bersalah

Author : Administrator | Tuesday, May 10, 2016 06:32 WIB
Artlyst.comMegumi Igarashi dan patung perahu hasil karya seninya.

 

TOKYO, KOMPAS.com — Pengadilan Jepang, Senin (9/5/2016), memutuskan seniman Megumi Igarashi (42) tidak bersalah menampilkan patung perahu yang meniru alat kelaminnya.

Karya seni Iragashi, yang menggunakan nama samaran "Rokudenashiko" atau "gadis tak berguna" sebelumnya telah dituding sebagai aksi memamerkan benda-benda porno.

Telah muncul perdebatan sejak pertengahan 2014 dan dia pun ditahan aparat terkait kegiatan percabulan, yakni mendasarkan karya seninya pada vaginanya sendiri.

Pada medio Juli 2014, dia ditahan karena mengirim data yang bisa dipakai untuk menciptakan model tiga dimensi (3D) alat kelaminnya sendiri.

Jaksa saat itu merujuk hukum kecabulan Jepang, yang tentu saja dengan ketat melarang warga memamerkan alat kelamin pria dan wanita di depan umum.

Saat itu, Iragashi mengirimkan data ke para donatur bagi proyek karya seni perahu atau kayak, yang menyerupai alat kelaminnya sendiri dengan menggunakan mesin cetak 3D.

Menurut hakim, Senin, patung perahu yang dihiasi dengan bulu-bulu palsu itu merupakan karya "seni pop".  

Patung perahu kayak berwarna terang karya Megumi Igarashi tidak secara langsung mengisyaratkan alat vital perempuan.

Warna cerah dan hiasan yang ditaruh di perahu kayak itu sudah cukup menyembunyikan asal bentuk perahu tersebut.

Meski demikian, Iragashi tetap didenda 400.000 yen atau setara Rp 49,2 juta. Hakim berpendapat, Igarashi melanggar hukum berbagi data terkait pemindaian tiga dimensi vaginanya, yang bisa digunakan orang lain membuat barang tiruan alat kelamin wanita.

"Karya saya sepenuhnya mengundang tawa yang bersahabat karena melibatkan alat kelamin yang dihias dengan elok. Karya itu bukan cabul," kata Iragashi tahun lalu dalam sebuah pernyataan.

"Putusan ini sangat langka," kata Takashi Yamaguchi, salah seorang pengacara Iragashi, sambil menambahkan bahwa putusan itu memiliki "nilai sejarah yang tinggi".

Editor : Pascal S Bin Saju
Sumber Reuters/BBC
 
Harvested from: http://internasional.kompas.com/
Shared:

Comment

Add New Comment


characters left

CAPTCHA Image


Shared: