Anggota tim pakar investigator PBB ketika mengambil sampel pasir di pinggiran Damaskus, Suriah. |
REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Suriah telah mengeluarkan gelombang pertama bahan senjata kimia setelah membawanya dari dua lokasi ke kota pelabuhan Latakia dan ke satu kapal milik Denmark.
"Kapal ini mendapat pengawalan dari Denmark dan Norwegia, serta Republik Arab Suriah," kata Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), Selasa (7/1).
"(Kapal) ini akan tetap berada di laut sambil menunggu kedatangan bahan-bahan kimia prioritas tambahan di pelabuhan," tambah Badan pengawas senjata kimia internasional itu dalam pernyataannya.
Suriah setuju untuk melucuti senjata kimianya hingga Juni di bawah kesepakatan yang diajukan oleh Rusia dan dibicarakan dengan Amerika Serikat. Ini berjalan setelah terjadinya serangan gas sarin.
Negara Barat menyalahkan pasukan Presiden Bashar al-Assad atas serangan tersebut. Sementara pemerintah menunjuk pemberontak yang melakukannya.
Perang, cuaca buruk, birokrasi serta masalah teknis telah membuat tenggat waktu 31 Desember bagi penghapusan toksin yang paling mematikan dari Suriah itu tertunda. OPCW tidak menyebutkan berapa prosentase kimia paling berbahaya yang ada di kapal Denmark.
"Bagian pertama dari bahan kimia prioritas setelah dipindahkan dari dua lokasi ke pelabuhan Latakia untuk diperiksa dan kemudian diangkat ke kapal komersil Denmark," kata OPCW.
Ditambahkan, keamanan maritim dikawal oleh kapal-kapal Cina, Denmark, Norwegia dan Rusia.