TRIBUNNEWS.COM, SAN FRANCISCO - Ketegangan antara pebisnis dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin memanas. Kali ini, korporasi menolak keras kebijakan Trump soal larangan imigrasi dari tujuh negara mayoritas muslim.
Gelombang protes mengalir dari kalangan pebisnis teknologi. Selasa (31/1/2017), sejumlah raksasa teknologi bakal mengadakan pertemuan dengan Trump.
"Alphabet Inc, Google, Airbnb Inc dan Netflix Inc adalah beberapa perusahaan yang diundang ke pertemuan," ujar sumber Reuters, kemarin.
Perusahaan lain yang turut hadir yakni Adobe Systems Inc, AdRoll, Automattic Inc, Box Inc, Cloudera Inc, Cloudflare Inc, Docusign, Dropbox, Etsy Inc, Evernote Corp, Glu Mobile Inc, Lithium, Medium, Mozilla, Pinterest, reddit, Salesforce.com, SpaceX, Stripe, Yelp Inc, dan Zynga Inc.
Sejauh ini, korporasi di bidang teknologi yang paling banyak menentang kebijakan travel ban Trump.
Industri teknologi paling tergantung pada bakat dari sumber daya manusia (SDM) di seluruh dunia.
Pertemuan dengan Trump merupakan buntut dari aksi hukum yang dilakukan Amazon.com Inc dan Expedia Inc. Pada awal pekan ini, Amazon dan Expedia mengajukan keberatan atas regulasi larangan perjalanan tersebut.
Alasannya, aturan tersebut berdampak negatif terhadap operasional bisnis mereka. "Aturan ini salah tempat dan merusak untuk Mozilla, untuk industri teknologi dan negara," ujar Denelle Dixon, Chief Legal and Business Mozilla, seperti dikutip Reuters, kemarin.
Gelombang Protes meluas
Gelombang protes terhadap Trump terus meluas. Terbaru, bos Goldman Sachs Lloyd Blankfein mengirimkan memo internal kepada 34.400 karyawannya. Isi surat itu: "Aturan ini tidak akan kami dukung," tulis Blankfein.
Sebelumnya, CEO Google Inc dan Microsoft Inc mengirimkan surat serupa kepada karyawan pada Minggu (29/1/2017). Microsoft menyebut regulasi tersebut salah dan kemunduran fundamental.
Dari industri konsumer, Coca-Cola Co turut bergabung dalam aksi protes terhadap Trump.
“Coca-Cola berkomitmen terhadap keragaman, keadilan dan inklusi. Kami tidak mendukung larangan perjalanan ini," tulis CEO Coca-Cola Muhtar Kent.
Sebelumnya, CEO Starbucks Howard Schultz mengecam kebijakan Trump yang melarang kedatangan imigran ke AS. Schultz bahkan memutuskan untuk mempekerjakan 10.000 imigran dalam lima tahun ke depan.
Catatan saja, Trump membuat keputusan melarang masuknya penduduk dari tujuh negara yang dipandang radikal. Yakni Suriah, Irak, Iran, Sudan, Somalia, Yaman, dan Libia.
Sesuai keputusan Trump, AS sementara waktu menghentikan pemberian visa kepada warga dari tujuh negara selama 90 hari ke depan.
Selama masa itu, Trump akan membangun sistem prosedur screening terhadap pengungsi, imigran dan wisatawan.
Reporter: Dessy Rosalina