(REUTERS/Hasan Shaaban )
|
VIVAnews - Protes anti Amerika terkait film penista Islam masih terus berlanjut di berbagai negara. Di Lebanon, protes diikuti oleh puluhan ribu orang dan dipimpin langsung oleh pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah.
Diberitakan Reuters, Senin 17 September 2012, ini adalah kemunculan langka pemimpin Hizbullah tersebut di muka umum. Semenjak perang dari Israel tahun 2006 lalu, Nasrallah jarang muncul ke publik, bersembunyi dari kejaran agen-agen Barat dan Israel yang mengincar nyawanya.
Dikelilingi oleh para pengawal bersenjata, di hadapan puluhan ribu pendukungnya di Beirut, Nasrallah menyerukan pemerintah Lebanon untuk memblokir akses menuju situs yang menayangkan film "Innocence of Muslims" di internet.
"Mereka menodai kesucian kelahirannya (Nabi Muhammad), menodai keyakinan dan moralnya, menodai al-Quran. Distribusi film ini harus dilarang oleh Amerika," kata Nasrallah.
Para pendukungnya meneriakkan yel-yel anti Amerika dan membakar bendera negara Paman Sam tersebut. Dia menuntut agar Amerika berhenti menghina dan mempermalukan Nabi umat Islam. "Dunia harus tahu bahwa kemarahan kita tidaklah sementara, melainkan awal dari aksi serius yang menggerakkan negara-negara Islam dalam mempertahankan Nabi Allah," tegasnya.
Dia juga mendesak agar pembuat film tersebut dapat ditahan dan dikenakan undang-undang kriminal. Jika tidak, dia mengancam, akan ada kemarahan yang lebih besar lagi dari umat Muslim. "Amerika yang menggunakan dalih kebebasan berekspresi harus sadar, bahwa dengan tetap menayangkan film ini, akan ada konsekuensi yang lebih besar di seluruh dunia," ancamnya.
Protes serupa terjadi juga terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, kemarin. Seorang demonstran dilaporkan terbunuh di Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, saat bentrok dengan aparat.
Diperkirakan, demonstrasi masih akan terus terjadi di India, Libya dan Mesir. Di Libya pekan lalu, Duta Besar AS untuk negara tersebut Chris Steven tewas saat massa menyerbu Konsulat di Benghazi. Akibatnya, AS menurunkan pasukan marinirnya dan menyiagakan kapal perang di perairan Libya.