VIVAnews - Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty, mengatakan setidaknya ada satu Muslim Australia yang berhasil menjejakkan kakinya di kancah politik. Hal yang sama juga dipertegas oleh Juru Bicara Dubes, Ray Marcello.
Demikan pernyaataan itu disampaikan kepada VIVAnews di kediaman Dubes Australia di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 29 Mei 2013. Marcello bercerita anggota parlemen tersebut bernama Ed Husic.
Dia merupakan politikus Muslim keturunan Bosnia, asal Partai Buruh dan terpilih di tahun 2010. Saat ini dia menjabat sebagai anggota parlemen di Sydney. Pada Oktober 2011 silam dia pernah berkunjung ke Jakarta.
"Dia kerap memperjuangan soal mahalnya peralatan teknologi informasi yang ada di Australia. Sebagai contoh beberapa lagu yang kami unduh melalui i-Tunes, harganya lebih mahal di Australia," ujar Marcello.
Oleh sebab itu dia kerap melayangkan surat protes ke beberapa perusahaan produsen teknologi informasi seperti Apple. Marcello juga mengatakan tidak ada diskriminasi sama sekali di Australia bagi warga muslim untuk masuk ke dunia politik.
"Dalam negara kami, tidak ada sistem kuota. Siapa pun boleh mencalonkan diri. Tidak peduli apa pun agama dan jenis kelaminnya," kata Marcello.
Dalam kesempatan yang sama Dubes Moriarty ikut menambahkan bahwa pemerintah Australia sangat mengakomodasi berbagai kebutuhan warga muslim untuk dapat menjalankan agamanya di Australia. Salah satunya dengan memberikan hari
libur pada waktu Lebaran tiba.
"Memang Idul Fitri bukan hari
libur nasional di Australia, tetapi banyak warga muslim di sana yang diizinkan untuk mengambil cuti," kata Moriarty.