Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. |
ANKARA, KOMPAS.com - Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) memperkuat dominasi kekuasaannya di Turki setelah menang pemilu parlemen yang berlangsung Minggu (1/11/2015).
Dilansir dari AFP, Dengan perolehan suara sekitar 51 persen, maka partai yang dipimpin Presiden Recep Tayyip Erdogan ini dipastikan menguasai parlemen yang terdiri dari 550 kursi tersebut. AKP kini tidak perlu menjalin koalisi untuk membentuk pemerintahannya sendiri.
Hasil pemilu parlemen ini juga menjadi kemenangan signifikan bagi Erdogan di tengah gejolak politik yang terjadi di Turki. Ini berarti Erdogan bisa menjalankan pemerintahan dengan kendali penuh dari kantor presiden tanpa harus khawatir "gangguan" dari parlemen.
Konflik yang melibatkan bangsa Kurdi di Turki dan kekerasan regional akibat ulah kelompok teror ISIS membuat Erdogan perlu legitimasi kuat untuk melakukan sejumlah tindakan.
Krisis pengungsi di perbatasan Suriah juga membuat situasi politik di Turki semakin tidak menentu.
Selama kampanye, Erdogan memang menyatakan bahwa hanya dia dan Perdana Menteri Ahmet Davutoglu yang bisa menjamin keamanan di Turki. "Saya atau kekacauan," ucap Erdogan saat itu.
Suara oposisi jatuh
Ini merupakan pemilu kedua yang digelar Turki dalam lima bulan terakhir. Pada Juni lalu, AKP gagal mendominasi parlemen setelah hanya menang 40 persen suara.
Namun kali ini, pemilu memperlihatkan hasil buruk bagi pihak oposisi.
Dilansir dari Wall Street Journal, Partai Demokrasi Rakyat (HDP) yang pro-masyarakat Kurdi, masih diragukan menembus ambang batas 10 persen untuk dapat menempati kursi di parlemen.
Padahal, dengan perolehan suara 13 persen pada pemilu yang berlangsung Juni lalu, HDP berhasil masuk parlemen untuk pertama kali. HDP pun sukses menghadang dominasi AKP dan Erdogan dari parlemen.
Partai Rakyat Republik (CHP) juga mengalami penurunan perolehan suara dari perolehan 25 persen menjadi 24 persen pada Juni silam.
Adapun Partai Gerakan Nasionalis (MHP) yang berideologi sayap kanan turun jadi 11,7 persen suara dari 16,3 persen suara pada Juni lalu.